Seperti Apa Cara Menghafal Al-Qur'an di Maroko?
NU Online Ā· Jumat, 22 Februari 2013 | 01:29 WIB
Membaca ayat-ayat Al-Qurāan secara berulang-ulang atau mengartikan arti kata demi kata Ā terlebih dahulu dengan didampingi seorang hafidz, ini adalah metode Ā menghafal al-Quran yang berlaku di Indonesia. Bagaimana dengan Maroko?<>
Ada sebuah film yang berdurasi kurang lebih 30 menit yang berkisah tentang cara menghafal Al-Quran di Maroko, yakni metode menghafal dengan cara menulis.
Metode ini menggunakan alat yang disebut lauh atau dalam bahasa Indonesianya papan Ā dengan ukuran yang tidak terlalu besar berkisar 50 cm berbentuk persegi panjang dengan dihiasi garis-garis yang dibuat secara permanen, untuk memudahkan dalam menulis ayat-ayat Al-Qur'an.
Santri-santri hufadz atau santri penghafal Al-Quran yang mayoritas merupakan penduduk Ā sekitar masjid setiap harinya harus menulis semua Ā ayat Al-Qur'an yang akan dihafalnya. Penulisan ini dilakukan di atas papan yang telah disiapkan dengan menggunakan pensil yang terbuat dari bambu atau sejenisnya yang didesain dengan tinta khusus.
Dari sekian banyak santri, ada yang menulisnya hingga 5 ayat bahkan sampai 50 ayat, tergantung kadar kemampuannya. Setelah papan telah penuh dengan ayat Al-Qur'an yang akan dihafal, maka selanjutnya ketelitian sang guru dalam membetulkan tulisan santri inilah yang akan menentukan kebenaran hafalan santri.
Setelah semua tulisan diperiksa, sang santri pun mulai membaca berulang-ulang dengan badan yang dihadapkan ke papan.
Keisitimewaan menghafal dengan cara menulis di atas papan santri akan lebih teliti ketika diminta menuliskan ayat-ayat Al-Quran yang telah dihafalnya karena telah terbiasa menyalin dari mushaf ke papan.Ā
Menurut Ust Ali, salah seorang staf pengajar di Darul Quran Kenitra, salah satu keistimewaan yang lain adalah konsentrasi seorang santri akan tertuju hanya pada satu papan yang ada di depanya, lain halnya ketika dengan menggunakan mushaf, konsentrasi itu akan terbagi dengan halaman lain yang dilihatnya.
Kelebihan lain adalah kesabaran yang terus dilatih pada diri santri ketika menuliskan ayat demi ayat dari Al-Quran, yang sejatinya mereka mampu untuk menghafal secara langsung tanpa menulis terlebih dahulu.
Apakah metode seperti ini perlu diterapkan di pesantren tahfidz yang ada di Indonesia? Silakan dicoba lebih dulu!
Nizar Presto
Mahasiswa STAINU Jakarta, sedang mengikuti program kelas internasional di universsitas Ibn. Thofail, Kenitra, Maroko.
Redaktur: A. Khoirul Anam
Terpopuler
1
Ramai Bendera One Piece, Begini Peran Bendera Hitam dalam Revolusi Abbasiyah
2
Gus Yahya: NU Bergerak untuk Kemaslahatan Umat
3
Munas Majelis Alumni IPNU Berakhir, Prof Asrorun Niam Terpilih Jadi Ketua Umum
4
Ketum PBNU Resmikan 13 SPPG Makan Bergizi Gratis di Lingkungan NUĀ
5
Di Tengah Fenomena Bendera One Piece Badan Siber Ansor Ajak Generasi Muda Hormati Merah Putih
6
Cek Kesehatan Gratis Sekolah Mulai 4 Agustus 2025, Sasar 53 Juta Siswa di Seluruh Indonesia
Terkini
Lihat Semua