Internasional

Sekelumit Tentang Dakwah NU di Belanda

Sab, 28 Februari 2015 | 04:02 WIB

Kairo, NU Online
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belanda berdiri tidak dalam sekejap. Pada mulanya, kaum Nahdliyin di Belanda masih menyembunyikan identitasnya dan hanya bisa dideteksi dari kesamaan aktivitasnya.
<>
Dari jumlah 16 ribu jiwa WNI yang ada di Belanda, ternyata dideteksi cukup banyak yang merupakan warga nahdliyin. Barulah di tahun 2005 lalu didirikan KNB (Keluarga NU Belanda) yang ternyata mendapat respon luar biasa dari WNI muslim di sana. Dari situ, KNB lantas bermetamorfosa menjadi PCINU Belanda dan diresmikan oleh KH Ahmad Mustafa Bisri atau Gus Mus.

Demikian diceritakn Rais Syuriah PCINU Belanda KH Nur Hasyim Subadi dalam kunjungannya ke sekretariat PCINU Mesir Gamik, Nasr City, Kairo, Mesir, Rabu petang (25/02) waktu setempat.

Dalam peresmian PCINU Belanda digelar pula workhshop seputar "Globalisasi Islam dan Islam di Nusantara". Tanggapan masyarakat internasional ternyata sangat antusias. Menurut Kiai Nur Hasyim, masyarakat Eropa pun menilai NU bisa menjadi solusi atas banyak munculnya aliran Islam ekstrimis dewasa ini.

Ia menambahkan, faktor agresivitas dari kaum ekstremis yang berupaya menjadi corong Islam termasuk pemantik lain keharusan berdirinya PCINU Belanda. “Sebab, NU-lah yang termasuk tepat menjadi wakil Indonesia dalam mengabarkan Islam bagi dunia mana pun,” ujar alumnus Universitas al-Azhar fakultas Syariah itu.

Mustasyar PCINU Belanda KH Ahmad Naf’an Sulchan yang datang bersama Kiai Nur Hasyim juga mengisahkan proses dakwah di Belanda yang menggunakan pedekatan persuasif dan kultural. Kondisi cara berpakaian dan kultur Belanda yang berbeda dengan Indonesia berusaha disiasati dengan cerdik.

Hingga akhirnya, lanjutnya, para anggota jamaah yang awalnya berpakaian mini, lama-lama memanjangkan pakaian roknya. Belakangan, para anggota komunitas pengajian cikal bakal PPMI (Persatuan Pemuda Muslim Indonesia) Belanda itu kini rata-rata telah berhijab dan berpakaian lebih sesuai dengan syariat Islam.

Dalam kesempatn tersebut, salah satu dewan penasihat PCINU yang telah bermukim di Belanda selama 40 tahun ini berpesan agar para aktivis muda PCINU Mesir memantapkan langkah dan jangan pernah ragu berjuang demi NU.

“Jangan hanya giat mendirikan komunitas baru, lantas eksis sesaat lalu mati begitu saja. Tetapi organisasi NU yang sudah ada dan dalam perjalanan sejarahnya terbukti tepat untuk mendakwahkan Islam harus selalu dijaga,” tandas kiai asal Jepara itu.

Ia juga mengingatkan para kader muda NU rajin menuliskan hal-hal terkait syariat Islam, dengan bahasa yang paling mudah dicerna oleh masyarakat dunia mana pun, bila perlu diterjemahkan ke bahasa-bahasa di luar bahasa Indonesia.

Kehadiran Nur Hasyim dan Ahmad Naf’an Sulchan disambut PCINU Mesir dengan acara sarasehan bertajuk “Meneropong Perkembangan Islam di Eropa bersama Rais Syuriah dan Mustasyar PCINU Belanda.” Acara diikuti sekitar 70 aktivis PCINU Mesir yang bermukim di sekitar sekretariat.

Dua tokoh NU Belanda mengaku sangat bahagia bisa silaturahim dengan Nahdliyin di Mesir. Selain mengulas sekilas sejarah NU Belanda, kedunya juga menjelaskan pengalaman dan penngetahuan mereka tentang potret Islam di Eropa. (Muhakam Zein/Mahbib)