Washington, NU Online
Arab Saudi mengangkat Putri Rima binti Bandar al-Saud sebagai duta besar berikutnya untuk Amerika Serikat (AS). Penobatan Putri Rima tersebut sesuai dengan dekrit kerajaan yang diumumkan ke publik pada Sabtu (23/2). Dengan demikian, Putri Rima akan menggantikan posisi Pangerang Khalid bin Salman yang saat ini ditunjuk menjadi Wakil Menteri Pertahanan Saudi.
Diberitakan BBC, Ahad (24/2), Putri Rima dikenal sebagai aktivis yang memperjuangkan hak-hak perempuan di Saudi. Ia juga aktif memberikan advokasi soal kanker payudara. Terbaru, dia bekerja pada Otoritas Olahraga Umum Kerajaan. Fokusnya adalah untuk peningkatan peran dan partisipasi perempuan dalam bidang olahraga.
Putri Rima besar di AS. Ia menamatkan belajarnya di Universitas George Washington dan memperoleh gelar Bachelor of Arts bidang studi Museum. Pada 2005, dia kembali ke Saudi untuk bekerja di sektor swasta dan publik. Diantara jabatan yang diembannya adalah CEO Harvey Nichols Riyadh, sebuah perusahaan ritel Saudi.
Sebagaimana diketahui, ayah Putri Rima Bandar bin Sultan al-Saud dulu adalah dubes Saudi untuk AS. Ayahnya menjabat dari tahun 1983 hingga 2005.
Menjadi dubes di masa sulit
Putri Rima akan menjadi dubes Saudi untuk AS di masa yang sulit. Pasalnya, penobatan dirinya tersebut terjadi setelah Saudi berusaha untuk meredam protes internasional atas kasus pembunuhan Jamal Khashogi. Sebagaimana diketahui, jurnalis asal Saudi yang kritis terhadap kebijakan Kerajaan tersebut dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul pada2 Oktober 2018. Semula Saudi menyangkal kalau Khashoggi terbunuh, namun akhirnya mengakuinya.
Kasus ini sempat membuat hubungan Saudi dan AS tegang. Beberapa senator AS mendesak agar proses penyelidikan kasus pembunuhan Khashoggi ditutaskan. Bahkan, Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat, CIA, melaporkan kalau Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman adalah orang yang memerintahkan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Seorang pejabat anonim CIA mengemukakan, perintah pembunuhan Jamal Khashoggi datang langsung dari Putra Mahkota Saudi. Demikian laporan yang diberitakan New York Times, Sabtu (17/11).
CIA juga menyimpulkan kalau pembunuhan Jamal Khashoggi tidak akan terjadi tanpa persetujuan dari Muhammad bin Salman. Mengapa? Karena Muhammad bin Salman adalah orang memiliki kekuasaan yang besar atas Saudi.
CIA mengungkapkan kesimpulan tersebut setelah meneliti berbagai data intelijen. Diantaranya sadapan percakapan telepon antara Jamal Khashoggi dan Khalid bin Salman, adik Muhammad bin Salman yang merupakan Dubes Saudi untuk AS.
Saudi menampik semua tuduhan tersebut. Menteri Negara untuk Urusan Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Juber menegaskan kalau tidak ada perintah dari Muhammad bin Salman untuk melakukan aksi keji tersebut. Ia mengemukakan kalau pihak penegak hukum akan menyelidiki kasus itu sampai tuntas. Para pembunuhnya juga akan dihukum secara transparan.
“Putra mahkota tidak ada kaitannya. Tidak ada perintah untuk membunuh dia (Khashoggi). Seluruh negeri masih terkejut dengan insiden itu,” kata al-Jubeir ketika ditanya mengenai keberadaan jenazah Khashoggi dalam wawancara dengan CBS Face The Nation, seperti dikutip AFP, Ahad (10/2/2019).
Terlepas dari itu semua, diangkatnya Putri Rima menjadi dubes wanita pertama Saudi untuk AS mendapatkankan atensi dari berbagai pihak. Salah satunya datang dari Ali Shihabi, pendiri kelompok pemikir Arabia Foundation.
“Putri Rima menjadi duta besar wanita pertama di sejarah Saudi dan wanita pertama dengan ranking menteri - sinyal kuat pada integrasi wanita di pemerintahan dan ketenagakerjaan," kata Ali Shihabi melalui akun Twitternya @aliShihabi. (Red: Muchlishon)