Internasional

Protes Kebijakan Israel atas Palestina, Siswa Yahudi Berlutut saat Lagu Kebangsaan Diputar

NU Online  ·  Ahad, 18 November 2018 | 16:45 WIB

Protes Kebijakan Israel atas Palestina, Siswa Yahudi Berlutut saat Lagu Kebangsaan Diputar

Foto: Google Map via Independent

Cape Town, NU Online
Ada banyak cara orang melakukan protes atas sesuatu yang tidak tepat menurut mereka. Bisa demonstrasi, melayangkan surat ke yang bersangkutan, menulis di media, dan bisa juga berlutut pada saat lagu kebangsaan negaranya dikumandangkan. 

Dua siswa Yahudi di sebuah sekolah Yayasan United Herzlia di Cape Town, Afrika Selatan, berlutut ketika lagu kebangsaan Israel diputar dalam sebuah acara penghargaan. Mereka melakukan hal itu sebagai bentuk solidaritas dan dukungan untuk Palestina.   

Sebagaimana diketahui, adalah bintang football NFL Colin Kaepernick yang mulanya melakukan hal tersebut pada 2016 lalu. Ia berlutut dan memegang saat lagu kebangsaan Amerika Serikat (AS), Spangled Star Banner, diputar. Ia melakukan langkah demikian sebagai bentuk protes atas aksi brutal polisi yang dilatarbelakangi sentimen ras. 

Langkah Kaepernick kemudian diadopsi menjadi salah satu bentuk protes. Banyak olahragawan, musisi, pelajar, dan masyarakat umum yang melakukan hal serupa. Tujuannya sama, yakni protes atas sesuatu hal.

Direktur pendidikan Yayasan United Herzlia, Geoff Cohen mengatakan, kedua siswa tersebut melakukan hal itu karena protes atas kebijakan Israel terhadap Palestina. Bagi Cohen, keduanya tidak melakukan hal tersebut dan mempermalukan sekolah.

“Tindakan tidak pantas yang dilakukan anak laki-laki itu menunjukkan ketidaksukaan yang disengaja dan mencolok terhadap etos sekolah,” kata Cohen, dilansir laman Jerusalem Post, Sabtu (17/11).

Meski demikian, Cohen menilai bahwa para siswa sekolahnya berhak atas pendapat mereka masing-masing, termasuk sikap politik. Namun demikian, ia meminta agar para siswa tidak mempermalukan sekolah di hadapan publik. Menurut Cohen, keduanya telah menerima konsekuensi yang mendidik atas tindakannya yang dilakukan. Tapi tidak disebutkan konsekuensi yang mendidik seperti apa secara detil.

“Kami adalah sekolah Zionis yang bangga. Forum yang mereka pilih untuk protes menurut kami memalukan bagi kami dan bagi banyak orang di sana. Ada banyak forum di sekolah untuk mengekspresikan pendapat dan sudut pandang, tetapi ini bukan tempat yang cocok," jelas Cohen.   

Yayasan United Herzlia didirikan pada 1940. Sesuai dengan keterangan yang ada di situs webnya, sekolah ini selaras dengan Yudaisme Ortodoks. Ia juga mengakui sentralitas Israel sebagai rumah yang ditakdirkan bagi orang Yahudi. (Red: Muchlishon)