Perempuan Iran Raih “Nobel Matematika” Pertama
NU Online · Rabu, 13 Agustus 2014 | 19:06 WIB
Jakarta, NU Online
Ahli matematika Iran yang bekerja di AS menjadi perempuan pertama yang memenangkan penghargaan tertinggi dalam bidang metematika Fields Medal.
<>
Prof Maryam Mirzakhani diakui untuk karyanya di bidang geometri kompleks.
Pemberian penghargaan untuk Prof Mirzakhani - yang mengajar di Universitas Stanford California - mengakhiri penantian yang lama diantara komunitas matematika, tentang kemenangan seorang perempuan, seperti dilansir oleh BBC Indonesia, Rabu.
Penelitian-penelitannya menyangkut bentuk yang disebut permukaan Riemann. Ini merupakan obyek matematika pelik yang dapat dianalisis dengan menggunakan bilangan kompleks - yakni angka-angka yang memiliki sisi nyata dan imajiner.
Secara khusus, ia meneliti "ruang modulus" dari bentuk-bentuk ini, yang memetakan semua kemungkinan geometri dari permukaan Riemann menjadi sesuatu yang berdiri sendiri, suatu ruang baru.
Prof Dame Frances Kirwan, anggota komite seleksi dari Universitas Oxford, menggarisbawahi bahwa meskipun matematika selama ini diperlakukan sebagai "wilayah laki-laki," kontribusi perempuan terhadap bidang matematika sudah sejak berabad-abad.
"Nobel Matematika"
Dia menyebutkan, sekitar 40% lulusan matematika di Inggris adalah perempuan, kendati proporsinya menurun tajam di tingkat doktoral ke atas.
Empat medali diserahkan dalam acara Kongres Internasional Matematika di Seoul, yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali.
Pemenang lainnya adalah Prof Martin Hairer dari Universitas Warwick, Inggris; Dr Artur Avila, ahli matematika dari Brazil yang meraih gelar PhD dalam bidang sistem dinamik pada usia 21 tahun, dan Prof Manjul Bhargava, seorang ahli dari Universitas Princeton.
Fields Medal dianggap seperti Hadiah Nobel bagi matematika, yang dianugerahkan oleh sebuah komite dari Persatuan Ahli Matematika Internasional (IMU).
Penghargaan yang disertai hadiah uang tunai 15.000 dollar Kanada atau sekitar Rp 160 juta ini dipelopori oleh ahli matematika asal Kanada, John Fields.
Penghargaan ini pertama kali diberikan pada 1936 dan seterusnya diberikan setiap empat tahun sekali sejak 1950. Penghargaan ini diberikan kepada dua hingga empat peneliti, yang berusia tak lebih dari 40 tahun, karena selain dimaksudkan untuk menghargai keberhasilan mereka, Fields juga ingin mendorong para pemenang untuk meraih "pencapaian yang lebih jauh." (mukafi niam)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menggali Hikmah Ibadah Haji dan Kurban
2
Khutbah Jumat: Menggapai Pahala Haji Meskipun Belum Berkesempatan ke Tanah Suci
3
Amalan Penting di Permulaan Bulan Dzulhijjah, Mulai Perbanyak Dzikir hingga Puasa
4
Keistimewaan Bulan Dzulhijjah dan Hari Spesial di Dalamnya
5
Khutbah Jumat: Persahabatan Sejati, Jalan Keselamatan Dunia dan Akhirat
6
Kelola NU Laksana Pemerintahan, PBNU Luncurkan Aplikasi Digdaya Kepengurusan
Terkini
Lihat Semua