Jakarta, NU Online
Buka bersama selalu menjadi tradisi Ramadhan di berbagai belahan dunia. Tak terkecuali bagi masyarakat Muslim yang bermukim di Eropa bagian utara, tepatnya di Finlandia. Negara yang durasi puasanya pernah hingga 21 jam itu tentu saja sangat pendek waktu malamnya. Tak ayal, saking pendeknya waktu di sana, warga Indonesia pulang usai berbuka bersama di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) selepas Subuh.
“Dua tahun lalu kita baru pulang setelah shalat Subuh karena waktunya mepet setiap buka bersama,” kenang Arif Tirto Aji, anggota Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Federasi Rusia dan Eropa Utara (FREU), pada Senin (13/5).
Mereka, pada 2017 lalu, berbuka puasa sekitar pukul 11 malam, sedangkan Subuh tiba sebelum pukul setengah tiga dinihari. Hanya ada waktu sekitar 3,5 jam jarak antara Maghrib dan Subuh.
Umat Islam Indonesia yang tergabung ke dalam Ikatan Masyarakat Muslim Indonesia (IMMI) bersama Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Finlandia menggelar buka bersama saban Sabtu di KBRI Helsinki dengan membuka pendidikan Al-Qur’an untuk anak-anak.
“Kegiatan yang sangat diminati keluarga diaspora karena menjadi salah satu sarana pendidikan Islam untuk anak mereka sementara di sekolah mereka tidak menerima pendidikan agama,” kata pria yang studi atas beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) itu.
Buka bersama rutin tiap pekan itu tidak sepenuhnya ditanggung oleh pihak KBRI. Masyarakat secara swadaya urun makanan pada kegiatan tersebut. Mereka, kata Arif, membuat daftar penyumbang makanan di tiap minggunya.
“Istri kemarin gabung di minggu pertama, buat tahu isi dan nggak ada satu jam setelah buka langsung habis,” ceritanya.
Selain itu, tentu ada masakan lain yang disediakan warga Indonesia yang lain, seperti ayam goreng, soto mie, hingga gulai dan tongseng kambing. Ada pula sosis solo, es buah, puding, gemblong, sampai borek, roti isi daging khas Turki, mengingat ada salah satu perempuan Indonesia di sana yang bersuamikan orang negara beribukota Ankara itu.
Tentu, buka puasa bersama menjadi momentum tersendiri di benak umat Islam Indonesia. Bukan saja menuntaskan rindu akan masakan khas Nusantara dan pertemuan dengan sesama anak bangsa, tetapi juga media paling ampuh merasakan atmosfer Ramadhan di tanah rantau.
“Buka bersama ini seperti oase bagi kita karena satu-satunya event di mana kita merasakan nuansa Ramadhan,” ucap pria asal Weleri, Kendal, Jawa Tengah tersebut.
Biasanya, keluarga yang memiliki anak kecil akan diantar oleh peserta acara tersebut yang membawa mobil. Sebab, katanya, selain waktu yang sudah malam, yakni pukul 01.00 dinihari, dan bus sudah jarang, juga karena banyak orang yang mabuk-mabukan di jalanan.
“Tapi semua dijalani dengan senang dan ikhlas,” ungkap mahasiswa doktoral bidang ilmu dan teknik material Universitas Aalto, Finlandia itu.
Selain di KBRI, masjid juga juga menggelar buka bersama setiap harinya. “Namun buka puasa di masjid tetap ada dengan menu makan yang khas Somalia ataupun Turki tergantung masjidnya, dengan menu sederhana tentunya,” pungkasnya. (Syakir NF/Abdullah Alawi)