Internasional

Peluang Islam Nusantara di Mesir

NU Online  ·  Ahad, 18 November 2018 | 11:30 WIB

Jakarta, NU Online
Wacana Islam Nusantara yang digelorakan oleh Nahdlatul Ulama sejak Muktamar Ke-33 di Jombang terus menuai respons dunia. Di Mesir, melalui tangan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU), wacana itu juga menggema.

"Kami di Mesir melakukan upaya-upaya mengenalkan wacana Islam Nusantara ini melalui berbagai kegiatan yang kita selenggarakan dengan para tokoh dan ulama terkemuka di Mesir," ujar Rais PCINU Mesir KH Muhlashon Jalaluddin kepada NU Online pada Sabtu (18/11).

Tradisi Nahdlatul Ulama di Indonesia katanya, disinergikan dengan tradisi ulama Islam dan tasawuf di Mesir. Secara perlahan, para ulama itu memahami tradisi Islam Nusantara. Mereka, lanjut Kiai Muhlashon, sangat memahami tantangan yang dihadapi oleh umat Islam Indonesia karena memiliki kesamaan.

"Kita mengadakan acara bersama, misalnya acara peringatan maulid Nabi. Di Mesir, tradisi memperingati maulid Nabi lebih kepada menghidupkan puji-pujian kepada Nabi Muhammad," katanya.

Sepanjang malam, mereka secara bergantian atau bersama-sama bershalawat. Meskipun penyelenggaraannya di masjid-masjid itu tidak banyak yang diisi dengan ceramah maulid. PCINU masuk di situ mengadakan acara shalawat bersama sekaligus diisi dengan ceramah tentang keteladanan Nabi dan keutamaan bershalawat.

"Di situ kita biasanya menyelenggarakan bersama dan acara shalawat dengan ceramah maulid dari para masyasyikh kita kombinasikan. Isi ceramahnya pun seputar keutamaan shalawat dan pentingnya kita meneladani Nabi. Pendek saja," ujar alumnu Universitas Al-Azhar, Kairo itu.

Selain itu, Kiai Muhlashon juga mengatakan bahwa pengenalan Islam Nusantara juga dilakukan melalui media berbahasa Arab yang terbit di Mesir dan beberapa negara Arab. Hal ini bertujuan agar wacana tersebut dapat tersampaikan secara benar.

Namun, ia juga menerangkan bahwa ada beberapa pihak yang masih mencoba membenturkan wacana Islam Nusantara dengan pemahaman yang tekstual. 

Mereka, lanjutnya, mencoba mengkritik dengan cara bertanya kepada ulama tertentu yang belum pernah mendengar penjelasan yang komprehensif tentang istilah Islam Nusantara.

"Jawaban ulama atau tokoh ini kemudian digunakan untuk memberitahu masyarakat bahwa Syekh Fulan tidak sependapat dengan wacana Islam Nusantara," katanya.

Sementara itu, Ketua PCINU Mesir terpilih Muhammad Nora Burhanuddin mengungkapkan bahwa ada peluang besar dalam mengenalkan Islam Nusantara. Hal ini bisa terlihat dari minat masyarakat dan penerbit Mesir terhadap khazanah turats ulama Nusantara.

"Beberapa penerbit sudah mulai melirik karya-karya klasik dan kontemporer ulama Nusantara. Seperti Darus Shalih dan Darus Salam. Beberapa sudah diterbitkan juga di sini," ungkap mahasiswa yang tengah menyelesaikan program magister spesialisasi Ushul Fikih di Universitas Al-Azhar, Kairo itu. (Syakir NF/Muiz)