Jakarta, NU Online
“Keberadaan masjid sangat dibutuhkan. Masjid sangat dibutuhkan di setiap bagian distrik” kata Abdul Bari Sultanov, Muslim dari Tartastan seperti dikutip oleh Voice of America.
<>
Dia menyatakan, “Muslim juga membutuhkan madrasah, sekolah, dan para imam sehingga umat Islam secara moral lebih siap menyembah tuhannya.”
Sama seperti dua juta Muslim Moskow, Sultanov mengeluh terhadap peningkatan tekanan dan kekerasan pada komunitas Muslim. Gereja Ortodoks Rusia telah membangun 200 gereja baru, di sekitar Moskow, sementara pembangunan masjid baru tidak pernah mendapatkan izin.
Aktivis Muslim Rusia Geydar Dzhemal menuduh Kremlin menghalangi pembangunan masjid baru di ibukota Rusia ini.
“Mereka memahami politik tekanan dengan melakukan tekanan langsung,” kata Dzhemal, yang telah mengkritik kebijakan Moscow pada Islam sejak era Soviet.
“Dan mereka tidak paham bahwa ini akan menciptakan masalah baru mereka sendiri menjadi lebih buruk daripada apa yang berusaha mereka pahami sekarang.”
Akhir Maret lalu, walikota Moskow memperingatkan bahwa tidak ada izin baru pembangunan masjid di kota metropolitan ini.
Dengan pernyataan bahwa tidak ada masjid baru yang akan dibangun, Sergei Sobyanin telah menyerang imigran dengan perbedaan bahasa dan cara hidup.
“Cara beribadah Muslim tidak dilakukan oleh penduduk Rusia dan mereka bukan warga Moskow,” kata Sobyanin beru-baru ini pada Ekho Moskvi.
“Mereka merupakan buruh migran. Mereka hanya 10 persen dari penduduk Moskow dan mereka ingin membangun masjid.”
“Warga Moskow terganggu orang yang berbicara dengan bahasa yang berbeda, memiliki cara hidup berbeda dan berperilaku agresif,” tambahnya.
Penentangan terhadap pembangunan masjid bukanlah hal baru. Akhir Desember lalu, pemerintah berencana membangun enam masjid baru di ibukota Rusia, yang memacu kontroversi dengan munculnya keinginan untuk membuat referendum bagi pembangunan masjid di Moskow.
Pada 2012, ratusan penduduk di sekitar Mitino Moskow melakukan protes penentangan pembangunan sebuah pusat kebudayaan Islam di sebuah distrik yang jauh dari mereka. Tiga tahun lalu, berita yang sama di kawasan Timur Tekstilshchiki menentang pembangunan masjid di sebuah taman.
Di luar kontroversi pembangunan masjid, kekerasan anti imigran menjadi masalah yang dihadapi Moskow. Pada Ahad, penduduk Slavia di sebuah kawasan yang dihuni kelas pekerja melakukan tawuran dengan warga asal Asia Tengah dan Kaukasus.
“Rusia maju! Rusia maju!” teriak mereka. Sementara polisi melepaskan sebagian penyebab kerusuhan, polisi menahan 2.000 imigran untuk pengecekan identitas. Para politisi meminta adanya pelarangan penjualan apartemen pada orang asing dan pembatasan pemberian visa pada Muslim dari Asia selatan, yang pada satu dekade yang lalu merupakan bagian dari Uni Soviet.
Gerakan anti-Muslim meningkat di kota-kota Eropa. “Ini akan menjadi Muslim, saya takut,” kata Isolda Kukushkina, yang pindah ke Moskow dari Ukraina setelah runtuhnya Uni Soviet.
“Percaya saya, saya suka mereka, tetapi Moskow harus tetap dikuasai Slavia. Harus ada keseimbangan, tetapi arus imigran mempengaruhi kehidupan kita dengan buruk,” kata Kukushkina.
Terdapat 23 juta Muslim di Federasi Rusia yang terkonsentrasi di bagian utara Kaukasus, yang mewakili 15 persen dari 145 uta populasi. Islam merupakan agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks. Menurut laporan Russia Today, para ahli mengatakan, pada 2050, populasi Muslim akan mencapai separuh penduduk Rusia, membuatnya menjadi salah satu negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. (iina/mukafi niam)
Foto:IINA
Terpopuler
1
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
2
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
3
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
4
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
5
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
6
Pimpinan DPR Bantah Gaji Naik, tapi Dapat Berbagai Tunjangan Total hingga Rp70 Juta
Terkini
Lihat Semua