Internasional

Muslim Belgia Berpuasa 19 Jam Lamanya

NU Online  ·  Sabtu, 10 Juni 2017 | 12:51 WIB

Muslim Belgia Berpuasa 19 Jam Lamanya

Suasana shalat magrib berjamah di kediaman Dubes RI di Belgia

Brussel, NU Online 
Bagaimanakah rasanya menjalani ibadah puasa di negera minoritas Islam seperti Belgia? Tentu jauh berbeda dengan yang biasa kita alami di Indonesia. Ibadah puasa di Belgia harus dijalani hingga 19 jam lamanya. Hal ini terjadi karena bulan Ramadhan di Belgia saat ini bertepatan dengan musim panas, sehingga waktu siang lebih panjang dari pada waktu malam. Untuk itu sahur di Belgia dilakukan pada pukul 3 pagi, dan buka puasa baru bisa dilakukan pada pukul 10 malam. Sungguh puasa yang amat panjang.

Berpuasa saat musim panas di Belgia juga memiliki tantangan lainnya. Seperti cuaca yang panas yang membuat rasa haus lebih terasa dibandingkan pada musim lainnya. Selain itu, musim panas ini juga dijadikan kesempatan bagi warga Belgia untuk berjemur dengan berpakaian ala musim panas untuk dapat menikmati sinar matahari. Aurat tidak tertutup sempurna, sehingga pemandangan pun jadi terasa ‘panas’ menggoda. Itulah beberapa tantangan bagi kaum muslim di Belgia untuk berpuasa total, puasa makan dan minum sekaligus menjaga pandangan mata.

Suasana puasa Ramadhan di tanah air tentu sangat terasa. Berbagai macam kegiatan keagamaan dilaksanakan hampir di semua tempat-tempat ibadah. Termasuk juga di mal-mal dan tempat perbelanjaan. Tak lupa tanyangan-tayangan spesial Ramadhan selalu menghiasi layar kaca televisi. Gaung adzan tanda waktu berbuka puasa yang selalu dirindukan dapat dengan mudah dikumandangkan. Tentu suasana puasa Ramadhan tersebut tidak dapat dirasakan di negara minortas Islam seperti di Belgia. 

Namun berbagai tantangan tersebut tidak menyurutkan kaum Muslim untuk menjalani ibadah puasa Ramadhan. Tentu karena Ramadhan ini adalah bulan spesial, bulan penuh berkah. Maka kesempatan ibadah selama Ramadhan ini tidak disia-siakan. Justru tantangan tersebut dimaknai sebagai ujian keimananan dan ketaqwaan, demikian sebagaimana yang disampaikan oleh Nanang Suprayogi, alumni Pondok Gontor yang kini menjadi ketua Tanfidziah PCINU Belgia.

Kesempatan Ramadhan ini juga sekaligus digunakan sebagai momen untuk berdakwah di Belgia. Dakwah dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk saat berinteraksi dengan komunitas warga non muslim Belgia. Misalnya saja, saat ngobrol santai, kemudian dia menawarkan makan/minum, maka kami katakan bahwa kami kaum muslim sedang menjalani ibadah puasa. Kemudian mereka bertanya lebih lanjut tentang apa itu puasa, mengapa kita berpuasa, dan sebagainya. Nah kita jelaskan puasa yang kita jalani sesuai dengan ketentuan Islam. 

Mereka terkejut sekaligus salut kepada kaum Muslim yang dapat menjalani ibadah puasa hingga 19 jam lamanya. Semoga penjelasan kami tentang puasa dan beberapa ibadah lainnya dapat menjadi informasi baik buat mereka dalam melihat ajaran Islam. Selama ini berita yang mereka terima tentang Islam masih kurang utuh, karena kerap dikaitkan dengan tindakan terorisme. Mereka perlu mendapatkan informasi tentang Islam yang sesungguhnya, Islam yang Rahmatan lil alamin.

Selain itu, kepada sesama kaum Muslim, dakwah dilakukan dalam bentuk pengajian dan buka puasa bersama. Kegiatan ini dilakukan untuk lebih mengeratkan silaturahim sekaligus menambah ilmu dan pengetahuan tentang keislaman. Kesempatan pengajian dan buka puasa bersama ini dimanfaatkan bagi para hadirin untuk saling bertemu sapa dan menikmati sajian buka puasa.

Alhamdulillah kegiatan keagamaan ini juga mendapat dukungan di pihak KBRI Brussel. Bahkan pada hari pertama puasa, Bapak Duta Besar RI, Bapak Yuri Thamrin berkenan mengundang para kaum muslim Indonesia untuk berbuka puasa di kediamannya. Pada kesempatan itu hadir pula kaum Muslim yang berkewarganegaraan lain, seperti Maroko, Belanda dan Belgia, yang juga di undang oleh bapak Duta Besar. Acara buka puasa dilanjutkan dengan solat magrib berjamaah.

Selain itu, diadakan juga kegiatan pesantren Ramadhan bagi anak-anak dan remaja. Pesertanya ada anak Indonesia dan juga anak Belgia. Kegiatan pesantren Ramadhan ini dilaksanakan pada tanggal 3-4 Juni bertempat di Aula KBRI. 

Pada kesempatan itu, para santri belajar membaca al-Qur’an, sholat berjamaah, serta mendapatkan materi-materi keislaman yang tidak dapat mereka dapatkan di sekolahnya. Kegiatan pesantren ini dilakukan dengan kerjasama KBRI dan komunitas Keluarga Pengajian Muslimin Indonesia (KPMI) Belgia yang saat ini diketuai Bapak Lanang Seputro.

Ramadhan selalu membawa keberkahan, tentu kita semua berharap dapat menerima keberkahannya. Semoga semua amal ibadah Ramadhan kita diterima Allah Subhanahu wa ta’ala, taqabbalallahu minna wa minkum, siyaman wa syamakum. Salam hangat dari Belgia. (Nanang Suprayogi/Abdullah Alawi)