Yerusalem, NU Online
Polisi Israel akhirnya membebaskan Menteri Palestina untuk Urusan Yerusalem, Fadi al-Hadimi, setelah sebelumnya menahannya selama beberapa jam.
Sebagaimana diketakui, polisi Israel menahan al-Hadimi pada Ahad (30/6) waktu setempat. Menurut kantor berita resmi Palestina, WAFA, Hadimi ditangkap di rumahnya untuk kemudian diperiksa terkait aktivitasnya belakangan ini di Yerusalem.
Dikabarkan, Hadimi ditangkap karena aktivitasnya baru-baru ini yang menemani Presiden Chile, Sebastian Pinera, saat berkunjung ke Kompleks Masjid al-Aqsa di Yerusalem pada Selasa lalu. Pihak Israel menganggap, kegiatan itu adalah sebuah pelanggaran atas apa yang telah dicapai antara pemerintahan negeri Zion dengan Chile. Tak lama berselang, pihak Chile menjelaskan bahwa kunjungan Pinera bersifat pribadi, bukan bagian dari protokol kenegaraan.
Beberapa saat setelah dibebaskan, pengacara Hadimi mengamini bahwa kliennya ditahan karena aktivitasnya yang menemani Presiden Chile Sebastian Pinera saat berkunjung ke Yerusalem beberapa hari lalu.
Penahanan Hadimi juga beriringan dengan aksi kekerasan yang terjadi antara warga Palestina dengan polisi Israel di Yerusalem. Dilaporkan, terjadi kerusuhan pada Sabtu malam di sekitar Kompleks Masjid al-Aqsha. Atas kejadian itu, enam orang tersangka ditangkap dan seorang pemuda Palestina meninggal setelah terluka. Sementara di pihak Israel, dua petugas mengalami luka-luka. Belum ada komentar dari Israel terkait dengan kejadian itu.
Israel juga tangkap anak-anak Palestina
Kepala Penelitian Komisi Palestina Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan Abdel Nasser Farawneh menjelaskan, sejak pendudukan Israel pada 1967 silam ada 50 ribu kasus penangkapan anak kecil Palestina oleh Israel. Jumlah itu termasuk 16.655 kasus penangkapan anak-anak Palestina sejak meletusnya Aksi Perlawanan (Intifada Al-Aqsha) kedua pada 2000.
Sebagaimana dilaporkan kantor berita Palestina, WAFA, Ahad 28 April 2019, Farawneh menilai, penangkapan anak kecil Palestina tersebut merupakan kebijakan Israel yang dilakukan secara sistematis. Tujuannya adalah untuk memutarbalikkan keadaan dan menghancurkan masa depan anak-anak Palestina.
Menurut Farawneh, setiap tahunnya –dari 2000 hingga 2010- angka penangkapan anak-anak Palestina oleh Israel mencapai 700 kasus. Jumlah tersebut naik tajam pada 2011 sampai 2018, yaitu mencapai 1.250 anak per tahunnya. Hal itu disampaikan Farawneh ketika menghadiri acara konferensi dua-hari kelima Eropa mengenai tahanan Palestina di Brussels, Sabtu (27/4) lalu. (Red: Muchlishon)