Internasional

Lima Ribu Orang Hadiri Pemakaman Mahasiswa Muslim yang Ditembak

NU Online  ·  Jumat, 13 Februari 2015 | 14:59 WIB

Chapel Hill, NU Online
Lebih dari 5.000 orang pada Kamis waktu setempat menghadiri pemakaman tiga mahasiswa muslim yang ditembak di North Caroline pekan ini.<>

Menurut laman Independent yang dilansir pada Jumat, jumlah pelayat yang sangat banyak menyebabkan seremoni harus dipindahkan dari sebuah masjid ke lapangan atletik Universitas North Carolina.

Sebelum berdoa, mereka melakukan penghormatan terakhir kepada para korban di sebuah bangunan kecil di masjid Islamic Association of Raleigh, yang berlanjut ke seberang jalan dalam lingkungan kampus tersebut.

Deah Shaddy Barakat (23), istrinya Yusor Mohammad Abu-Salha (21) dan adik perempuannya Razan Mohammad Abu-Salha (19) ditemukan tewas pada Selasa di rumah pengantin baru tersebut di dekat kampus.

Barakat adalah mahasiswa kedokteran gigi tahun kedua di kampus tersebut, istrinya juga akan berkuliah pada musim gugur mendatang.

Polisi Carolina Utara memperkirakan sebanyak 5.500 orang telah berkumpul untuk mengenang ketiga korban.

Motif pembunuhan masih belum jelas, meskipun ayah dari dua wanita yang terbunuh itu mengklaimnya sebagai "kejahatan kebencian" yang dipicu oleh agama korban.

Para pejabat setempat mengatakan sedang menyelidiki kemungkinan motif kebencian, walaupun mereka menyebutkan bahwa penembakan tersebut dipicu oleh sengketa parkir.

Craig Stephen Hicks (46) yang menggambarkan dirinya sebagai "pembawa senjata" ateis, telah didakwa dengan tiga dakwaan pembunuhan tingkat pertama.

Para tetangga pelaku menggambarkannya sebagai seorang yang pemarah dan konfrontatif. Sementara mantan istirnya mengatakan, dia terobsesi film penembakan tahun 1993 berjudul Falling Down, dan berperilaku "tak ada belas kasihan" terhadap orang lain.

Istrinya yang sekarang, Karen Hicks, mengatakan penembakan tersebut "tak ada hubungan dengan agama atau kepercayaan korban", sebelum mengungkapakn rencana perceraiannya.

Berbicara kepada para pelayat di lapangan dekat masjid di Raleigh, ayah korban Mohammad Abu-Salha mengatakan bahwa keluarga korban tidak ingin balas dendam atau mempedulikan hukuman Hicks.

Ia hanya berusaha memastikan bahwa orang-orang muda di Amerika Serikat tidak akan mengalami kekerasan serupa.
Kakak perempuan salah satu korban penembakan di Chapel Hill, Amerika Serikat, tidak percaya pelaku sanggup melakukan aksi kejinya hanya karena perselisihan atas lahan parkir.

"Saya sangat yakin ini bukan soal sengketa tempat parkir," ujar Suzanne dalam wawancara di jaringan televisi CNN. (Simak videonya di laman Youtube)

Suzanne mengaku pernah beberapa kali mendengar bahwa pelaku, yakni seorang atheis bernama Craig Stephen Hicks (46), melakukan aksi-aksi pelecehan tapi tetangga sekitar mendiamkan saja.

"Saya tidak bisa memahami jika Anda sanggup membunuh tiga orang dengan menembakkan peluru di kepala mereka, dan membunuh mereka gara-gara tempat parkir," tukasya.

Ketika ditanya pemandu wawancara, Anderson Cooper, apakah Suzanne yakin ada alasan lain yang lebih besar di belakang aksi pembunuhan ini, dia menjawab, "Pasti."

Pernyataan Suzanne ini membantah asumsi yang sedang beredar di media mainstream Barat yang mengaitkan alasan psikologis sang pelaku di balik pembunuhan. (Baca di berita sebelumnya: Penembakan di Chapel Hill bermotif perselisihan)

Deah adalah seorang pria yang sangat baik hati, "Ia menyambut orang asing dengan pelukan, dia sibuk dengan pengabdian sosial." 

Sebagai wakil dari keluarga yang tengah berduka, Suzanne menegaskan, "Ini sangat berat. Saya ingin dunia melihat esensi dari apa yang pernah dilakukan oleh para korban yaitu menebarkan optimisme, harapan, dan kasih sayang."

Deah mendukung berbagai aksi sosial di antaranya menolong komunitas tunawisma di Amerika. Ia juga membantu pengungsi Suriah bersama komunitas dan LSM.

"Kemarin dia mengumpulkan 16.000 dolar dan sekarang sudah 120.000 dolar. Kami ingin mereka diingat atas aktivitas sosial mereka," tegasnya.

Suzanne juga menyebutkan bahwa "Deah membuat semua kegiatan sosial terkesan mudah dan ringan." (Simak bagaimana Twitter "gaduh" karena media tidak banyak memberikan perhatian terhadap aksi brutal ini)

"Saya berharap warga Amerika secara bersama-sama mengenang dan meneruskan budi baik para korban ... dan tidak membiarkan kematian mereka untuk berlalu dengan sia-sia," kata Suzanne sembari terisak. (antara/mukafi niam)