Korea, Mencoba Menawarkan Konsep Wisata Muslim
NU Online · Rabu, 27 November 2013 | 13:01 WIB
Jakarta, NU Online
Tekanan hidup yang keras dan persaingan yang semakin sengit untuk menjadi yang terbaik menyebabkan semakin tingginya kebutuhan melakukan relaksasi otak. Tokoh agama seperti kiai, atau profesor yang ahli dalam sebuah bidang ilmu, juga butuh keluar dari rutinitas sehari-hari.<>
NU Online mendapat kesempatan mengikuti pengenalan paket perjalanan Wisata Muslim Korea hasil kerjasama antara Garuda Indonesia, Korean Tourism Organization pada 20-26 November 2013. Diantara yang ikut dalam rombongan tersebut adalah Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F Mas’udi, Wakil Direktur Bidang Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr Suwito dan Rektor Universitas Mathla’ul Anwar Banten Prof Dr Bambang Pranowo. Mengingat semakin besarnya minat masyarakat Indonesia ke Korea dan adanya keinginan konsep wisata dengan makanan halal dan ketersediaan waktu sholat, maka dibentuklah konsorsium Wisata Muslim. Kunjungan ini merupakan pengenalan dan para tokoh agama tersebut diajak untuk melihat, apakah konsep yang ditawarkan ini sudah memenuhi kebutuhan Muslim. Korea sendiri juga menginginkan peningkatan jumlah wisata dari negara-negara Muslim.
Anggota rombongan berjumlah 27, orang, 20 orang diantaranya berasal dari biro wisata. Kami berangkat dengan menggunakan Garuda Indonesia jurusan Jakarta-Seoul, yang berangkat pukul 11.30 WIB dan tiba di bandara Incheon, Seoul pukul 8.30 waktu setempat, yang lebih cepat 2 jam dibandingkan dengan waktu Jakarta. Pilihan waktu ini sangat pas karena penumpang bisa istirahat selama perjalanan, dan sudah segar begitu tiba di Korea Selatan. Garuda memiliki dua jalur penerbangan ke Seoul, dari Jakarta sekali dan dari Denpasar sekali setiap hari.
Bandara Incheon, yang dibuka tahun 2001 sangat bersih dan rapi dengan fasilitas yang serba canggih. Dari tempat pendaratan, kami turun menaiki kereta bawah tanah menuju ruang penjemputan. Sambil berjalan, saya menengok ke sebuah banner di langit-langit, bandara ini secara berturut-turut selama 8 kali, dari tahun 2005-2013 dinobatkan sebagai bandara terbaik oleh Airports Council International. Di bandara ini, tersedia fasilitas lapangan golf, spa, ruang tidur, ice skating, taman dalam ruangan dan Museum Budaya Korea. Hebat sekali Korea Selatan. Kini mereka telah menjadi salah satu negara maju di Asia, berhasil melakukan transformasi dari sebuah negara miskin menjadi salah satu macan Asia.
Di luar, kami sudah ditunggu tur guide dari Sam Tour, Dennis Gong, yang bisa berbahasa Indonesia dan pemilik Sam Tour Mr Sam MY Lee. Mereka mengingatkan, di luar udara sangat dingin agar jangan lupa memakai jaket dan sarung tangan, mengingat November ini, musim dingin sudah tiba. Benar saja, begitu keluar ruangan, badan rasanya sudah menggigil. Udara dingin dan angin kencang membuat kulit terasa kering.
Tidak ada kepadatan di bandara ini. Berlokasi 48 km (30) mil dari Seoul, bandara ini dihubungkan dengan jalur kereta api bus umum, dan taksi sehingga penumpang bisa dengan nyaman bergerak. Banyak pilihan transportasi sehingga penumpang tidak terkonsentrasi di satu tempat.
Tujuan pertama dalam tur ini adalah pulau Jeju, pulau resort di Korea Selatan. Karena bandara Incheon dikhususkan untuk penerbangan internasional, kami harus pindah ke Bandara Gimpo, bandara internasional Seoul yang lama, yang berjarak 33.5 km (21) mil dari Incheon. Dengan menggunakan sebuah bus dan melalui jalan tol, jalur tersebut bisa dilalui sekitar 30 menit. Tak ada kemacetan sama sekali dan kendaraan yang lalu lalang di tol tersebut cukup jarang.
Gimpo, selain melayani penerbangan domestik, juga menjadi menjadi tujuan penerbangan ke China, Jepang dan Taiwan, negara-negara yang berdekatan dengan Korea. Suasana bandara juga lapang. Setelah check in bagasi untuk penerbangan menuju pulau Jeju, kami sarapan di restoran bandara dengan menu Bimbimbab atau nasi campur Korea. (bimbim=dampur bab= nasi) yang terdiri dari nasi ditambah sayur-sayuran segar dan ditengahnya ada telor dadar setengah matang yang diletakkan diatas sebuah mangkuk besar.
Kami hanya terdiam penunggu, tidak tahu cara makannya. Lalu tur guide mengajari cara makannya dengan mengaduk-aduk seluruh makanan tersebut, dicampur dengan saus pasta. Beberapa anggota rombongan yang tidak biasa makan sayur hanya mencicipi saja. Bagi rakyat Korea, makanan ini sangat populer sebagai makanan sehari-hari. harga makanan ini antara 7.000-8.000 won atau 70.000-80.000 ribu rupiah. Dennis mengatakan, “makanan ini bukannya tidak enak, hanya belum terbiasa saja.”
Makanan wajib bagi rakyat Korea adalah Kimchi, asinan hasil fermentasi yang diberi bumbu pedas. kebanyakan dibuat dari sawi putih dan lobak. rasanya mirip asinan Bogor. Kemana-mana, orang Korea selalu membawa Kimchi seperti orang Indonesia tak bisa ketinggalan makan sambal. Dalam sejarahnya, ketika musim dingin, tidak ada sayuran yang tumbuh. Karena itu, Kimchi menjadid andalan selama musim dingin ini. Dulu, ketika musim dingin, dibuat lubang khusus dibawah tanah agar Kimchi ini tidak beku. sekarang, setiap keluarga di Korea memiliki kulkas khusus untuk tempat Kimchi.
Kiai Masdar, Prof Bambang dan Prof Suwito selalu duduk bertiga dan kemana-mana bergerombol. Tampaknya mereka sudah kenal lama. Kami yang muda-muda masing sungkan dengan mereka. Kecuali Kiai Masdar, saya belum kenal dengan yang lain. (mukafi niam)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
3
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
4
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
5
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
6
Pimpinan DPR Bantah Gaji Naik, tapi Dapat Berbagai Tunjangan Total hingga Rp70 Juta
Terkini
Lihat Semua