KH Masdar: Traveling Diperintahkan oleh Agama
NU Online · Senin, 2 Desember 2013 | 09:06 WIB
Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F Mas’udi menyatakan, umat Islam diperintahkan untuk melakukan perjalanan atau traveling sehingga mengetahui dunia secara lebih luas dan dapat mengambil pelajaran terbaik dari tempat yang dikunjungi.
<>
Pengetahuan, saat ini bisa diperoleh dengan berbagai cara, dan yang paling mudah saat ini melalui dunia maya, tetapi yang paling meyakinkan tetaplah mengunjungi lokasi yang dimaksud.
Mengenai sejumlah persoalan yang dihadapi selama perjalanan, khususnya jika daerah yang dituju Muslim menjadi minoritas, seperti makanan dan ibadah sholat, ia menjelaskan, Islam merupakan agama yang mudah dan bisa diatasi secara sederhana.
Mengenai makanan, ada sejumlah binatang yang secara tegas diharamkan seperti darah, bangkai, babi, anjing dan lainnya serta hewan yang disembelih untuk persembahan selain Allah. Pada dasarnya makanan itu halal, kecuali yang secara eksplisit diharamkan.
“Kalau disembelih oleh non-Muslim tetapi tidak ditujukan untuk persembahan kepada tuhannya, ya halal,” katanya kepada NU Online seusai kunjungan tur Muslim Korea baru-baru ini.
Namun ia menegaskan, jika binatang dibunuh dahulu baru dipotong, ada persoalan dengan syariat Islam.
“Jangan terlalu banyak tanya, nanti malah repot sendiri. Kalau tidak tahu, kita khusnudhon saja, berprasangka baik,” katanya.
Mengenai sholat, jika memang tidak ada tempat, bisa bertayammum dan tidak harus ada debunya, tidak apa-apa, misalnya di pesawat atau di kendaraan lainnya, jelas tidak ada debu. Ini sifatnya simbolik.
Demikian pula, jika ingin mendirikan sholat Jum’at tidak harus di masjid, melainkan bisa dimana saja karena Allah telah menjadikan bumi ini sebagai masjidnya. Dulu, Nabi Muhammad juga menandai masjid dengan sebuah garis saja di atas tanah.
Jika semua peribadatan harus dijalankan dengan persyaratan yang ketat sementara situasi kurang memungkinkan, hal ini akan mempersulit umat Islam sendiri dan menjadi eksklusif secara sosial. Dalam sholat, ia mencontohkan, jika tidak dapat berdiri, maka bisa duduk, jika tidak bisa duduk, maka bisa terlentang.
“Yang tidak boleh ditawar adalah ingatnya kepada Allah,” tegasnya.
Ia menyatakan, keberadaan tempat wisata, di negara minoritas Muslim yang menyediakan sarana ibadah bagi umat Islam tentu harus diapresiasi karena hal ini membantu dalam menjalankan kewajiban umat Islam.
Hal yang sama ditegaskan oleh Prof Dr Suwito, wakil direktur bidang akademik UIN Jakarta bahwa agama tidak menyulitkan umatnya.
Ia juga sepakat, dengan melakukan perjalanan, semakin banyak hal yang diketahui dan selanjutnya, rasa syukur akan bertambah. “Kita akan tahu mana yang lebih unggul dan lebih baik,” paparnya.
Baik Kiai Masdar maupun Prof Suwito mengaku menikmati perjalanan ke Korea Selatan dalam rombongan tur Muslim Korea yang berlangsung 20-26 November lalu. Dalam kunjungan tersebut, banyak hal baru ditemui yang bisa menyegarkan pikiran dan menambah wawasan berupa, keindahan alam, kekayaan budaya, kuliner maupun kecanggihan teknologi dan modernitas. (mukafi niam)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Khutbah Jumat: Jangan Bawa Tujuan Duniawi ke Tanah Suci
6
Khutbah Jumat: Merajut Kebersamaan dengan Semangat Gotong Royong
Terkini
Lihat Semua