Keberadaan Muslim Gym Pun Diperdebatkan di Perancis
NU Online Ā· Selasa, 8 Oktober 2013 | 11:06 WIB
Paris, NU Online
Sebuah gym Muslim yang dibuka akhir bulan lalu di Paris menimbulkan perdebatan di masyarakat Perancis, ketika walikota setempat menyerukan penutupan karena dilihatnya bertentangan dengan prinsip sekularisme di Perancis.
<>
āSaya tidak menginginkan adanya perempuan berjilbab di kota saya, dia mengatakan kepada kami,ā kata manager gym Nadia El Gendouli pada Reuters (4/10), yang membicarakan walikota konservatif Eric Raoult.
"Anda fundamentalis! Dia mengatakannya kepada kami.ā
Ā Dibuka pada akhir bulan lalu, gym untuk perempuan dengan warna cat pink dan kuning tersebut menjadi pusat kontraversi di wilayah suburban Le Raincy.
Gym dengan nama Orty Gym yang berarti āsaudara perempuanā dalam bahasa ini memiliki luas 200 meter, menyediakan berbagai peralatan untuk olahraga serta kelas-kelas senam Hip Hop, Zumba, Stretching and Step.
Sebagian dari 70 perempuan yang sedang melakukan aktifitas menggunakan jilbab, tetapi banyak yang tidak karena seluruh ras dan agama diizinkan masuk dalam gym ini.
Menurut manajernya, oposisi terhadap Muslim gym dimulai lima bulan lalu karena penentangan oleh walikota konservatif Eric Raoult, yang berharap dapat terpilih kembali.
Raoult menggunakan berbagai argumen, termasuk masalah standar keamanan, meskipun pejabat keamanan setempat menekankan bahwa gym ini telah memenuhi standar keamanan yang ditetapkan.
Pejabat keamanan tersebut mengkonfirmasikan bahwa gym tersebut dapat tetap dibukan, tetapi mereka tidak menjamin hal tersebut terus berlangsung terkait dengan sorotan politik.
Masalah ini merupakan refleksi dari hubungan yang tidak mudah antara lima juta Muslim minoritas di Perancis, yang merupakan terbesar di Eropa, dengan kebijakan sekulernya yang seringkali menimbulkan tekanan bagi Muslim.
Satu penduduk setempat yang memberikan dukungan atas keberadaan gym tersebut mengatakan komentar seperti itu berjalan baik di Le Raincy, yang khawatir terhadap perubahan demografis.
"Terdapat orang-orang di kota yang memilihnya karena di mengatakan seperti itu,ā kata Celine.
Salah seorang pekerja gym Lynda, yang juga memakai jilbab mengatakan dia merasa menjadi target.
"Mereka berbuat seolah-olah atas nama āhak asasiā, padahal mereka rasis. Kami dianggap sebagai orang asing,ā katanya.
Muslim Perancis telah lama mengeluh atas peningkatan diskriminasi dan sentimen kekerasan di negara Eropa. Sebuah survey yang dilakukan oleh IFOP menemukan bahwa hampir separuh orang Perancis melihat Muslim sebagai ancaman pada identitas nasional mereka.
Muslim Perancis juga mengalami kesulitan membangun masjid untuk menjalankan ibadah. Pemerintah menganggap ibadah di jalanan melanggar hukum, sebuah pandangan dari pemimpin sayap kanan Marine Le Pen yang menggambarkan seperti okupasi Nazi.Ā
Amnesty International mengkritik Perancis dan sejumlah negara Eropa seperti Belgia, Belanda, Spanyol, dan Swiss atas perlakukan diskriminatif terhadap Muslim. (onislam.net/mukafi niam)
Foto: Onislam
Terpopuler
1
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
2
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
3
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
4
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
5
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
6
Pimpinan DPR Bantah Gaji Naik, tapi Dapat Berbagai Tunjangan Total hingga Rp70 Juta
Terkini
Lihat Semua