Internasional

Kader NU Ikuti Perjalanan Penuh Makna ke Australia

NU Online  ·  Sabtu, 12 April 2014 | 23:35 WIB

Lima orang kader muda NU mengikuti program Australia-Indonesia Muslim Exchange (MEP) di Australia selama dua pekan. Mereka adalah Nor Ismah, pengurus Fatayat wilayah Yogyakarta, Siti Tarawiyah, pengurus Fatayat wilayah Kalimantan Selatan, Sukron Makmun dari Ansor Cabang Salatiga, Ikfina Maufuriyah, salah seorang dewan guru pondok pesantren Hasyim Asy’ari, dan Zahrul Fata pengelola, salah satu pesantren di Jombang.<>

Mereka meninggalkan Jakarta pada Ahad, 30 Maret 2014, dan akan tiba kembali di Indonesia pada Senin, 14 April 2014.

“Saya banyak mendapatkan inspirasi terkait program-program dan kegiatan untuk remaja, khususnya dalam hal dialog antar agama dan memahami perbedaan,” jelas Ikfina Maufuriyah dengan nada senang. Saat ini ia bersama teman-teman di Jepara dari berbagai background agama, etnis, dan budaya, tengah menginisiasi komunitas antaragama.

Para peserta mendapat kesempatan bertemu komunitas muslim, pemeluk Kristen, Yahudi dan Buddha, organisasi yang bergerak di bidang interfaith dialog, beberapa universitas dan sekolah-sekolah muslim selama di Australia. Perjalanan dimulai dari Melbourne, Shepparton, Canberra, dan berakhir di Sydney. Ketika di Melbourne, setiap peserta mendapat kesempatan untuk tinggal selama semalam bersama host family yang berbeda-beda, sehingga mereka bisa melihat lebih dekat kehidupan Muslim dan umat beragama lainnya di Australia.

Banyak pengalaman baru yang diperoleh oleh para peserta MEP. Sukron Makmun menuturkan bahwa pertemuan dengan Imam masjid Turki di Shepparton sangat berkesan. “Sang Imam mengatakan bahwa meskipun latar belakang muslim di Australia berbeda-beda, ketika kami sudah diterima dan bisa tinggal di Australia, kami bukan lagi Muslim Turkish, Libanis dan lain-lain. Akan tetapi kami adalah Muslim Australian dan mengikuti aturan hukum yang berlaku di Australia,” lanjut Sukron. Baginya sikap nasionalisme Muslim di Australia sungguh luar biasa.

Sementara bagi Nor Ismah, sebelumnya ia tidak menyangka jika di Australia sangat mudah menemukan masjid dan tempat untuk beribadah shalat. Hampir setiap kampus menyediakan tempat untuk shalat, bahkan di kampus Australian Catholic University. “Saya juga terkesan dengan sekolah Muslim al-Zahra yang memiliki kepala sekolah orang Kristen. Satu hal yang sejauh ini belum pernah saya temukan di Indonesia,“ jelasnya. Ketika peserta MEP berdialog dengan murid-murid sekolah al-Zahra, mereka menuturkan bahwa kepala sekolah mereka sangat keren karena di bawah kepemimpinannya, organisasi sekolah dan sistem pendidikan menjadi lebih terarah.

Catatan menarik lainnya adalah organisasi-organisasi muslim di Australia mengelola masjid dan Islamic center tidak hanya untuk shalat dan melakukan pendidikan agama, tetapi juga menyediakan fasilitas untuk bersosialisasi dan berekreasi, seperti sarana olah raga, gym, dan barbeque, sebagaimana yang bisa ditemui di United Muslims of Australia.

“Ketika kami ngobrol dengan Imam, ia bercerita bagaimana menjadi muslim yang jujur dan baik itu sangat penting. Ia Imam yang progressive dan terbuka,” jelas Zahrul Fata. Lebih lanjut Siti Tarawiyah menambahkan bahwa organisasi-organisasi Muslim di Australia juga biasa mengundang pemeluk agama lain untuk buka bersama dan melakukan kegiatan interfaith dialog ke sekolah-sekolah.

Selain berkunjung ke organisasi-organisasi dan bertemu dengan orang-orang penting di Australia, para pesreta MEP juga berwisata kuliner. Mereka mencicipi masakan dan jamuan dari negara yang berbeda-beda, seperti India, Afghanistan, Turki, Libanon, Uighur China bahkan Italia. Mereka juga dibawa ke Victoria market di Melbourne dan City Market di Sydney untuk berbelanja oleh-oleh.

Pada hari terakhir kegiatan MEP, para peserta menceritakan pengalaman berkesannya kepada Rowan Gould, direktur Muslim Exchange Program.  Ia juga yang mengawal peserta MEP selama di Shepparton, Canberra, dan Sydney. Seluruh peserta MEP 2014 berterima kasih dengan penyelenggara program, dan setuju dengan pernyataan Ikfina bahwa program dan orang-orang yang mengorganisasi kegiatan ini sangat luar biasa. Setiap kegiatan kunjungan, fasilitas penginapan, konsumsi dan transportasi terorganisasi dengan baik. Para peserta juga tidak pernah kuatir soal di mana akan shalat karena semua sudah diatur oleh Rowan. “Program ini benar-benar keren,” tandas Tarawiyah mengakhiri pembicaraan. (Nor Ismah/Anam)