Internasional

Islam Tumbuh dengan Junjung Toleransi di Australia

Rab, 18 September 2013 | 00:40 WIB

Jakarta, NU Online
Seorang dai muda yang berada di Melbourne mengatakan bahwa Australia merupakan lahan subur perkembangan Islam, dan hal ini hanya mungkin melalui penciptaan lingkungan yang memungkinkan timbulnya hubungan timbal balik diantara pengikut semua agama dan pencapaian koherensi diantara berbagai suku bangsa.<>

“Saya melihat bahwa kekuatan Australia terletak dalam inklusifitas dan fleksibilitas untuk mengadaptasi para imigran dari seluruh dunia yang datang dari berbagai latar belakang etnis, agama dan latar belakang budaya,” kata Waseem Razvi, pendiri Islamic Research and Educational Academy (IREA) seperti dilansir Saudi Gazette (11/9).

“Kami tidak pernah tahu bahwa Islam itu agama yang damai dan Muslim itu inklusif.” Ini adalah umpan balik yang didapat dari banyak warga Australia setelah mengikuti Australian Islamic Peace Conference (AIPC) yang diselenggarakan pada Maret lalu. IREA menjadi penyelenggara konferensi yang merupakan acara konferensi perdamaian Islam terbesar pertama kalinya di Australia.

Dilahirkan dan dibesarkan di Saudi Arabia oleh orang tua yang berasal dari India, dai muda berusia 32 tahun ini memiliki gabungan nilai yang berkembang di Arab Saudi dan India, yang membantunya menjalankan misi dakwah. Dia belajar di International Indian School Jeddah (IISJ) sampai kelas 9. Lalu pergi ke Hyderabad untuk menyelesaikan pendidikan menengahnya dan melanjutkan pendidikan S1 di jurusan teknik elektronika di Osmania University. Pada 2004, dia pergi ke Australia untuk menempuh pendidikan lanjutan tingkat Master dalam bidang Sistem Informasi di Melbourne Institute of Technology pada 2007 dan bergabung dengan Toyota Company sebagai enjiner sampai 2010.

Dia kemudian keluar dari pekerjaannya untuk sepenuhnya menjalankan dakwah. “Teman kelas saya di IISJ datang dari berbagai daerah di India dan masa kecil saya di Saudi Arabia bergaul dengan imigran dari berbagai negara. Ketika saya pindah ke India, saya menemukan kekuatan India sebagai negara demokrasi terbesar di dunia yang mengakui semua agama dan ratusan budaya. Latar belakang ini memberikan saya kekuatan menjalankan dakwah dalam masyarakat dengan struktur yang mirip di Australia ini.”

Razvi melanjutkan, sebagai negara multikultural terbesar di dunia, Australia mengakomodasi budaya dari sekitar 200 kebangsaan, yang menyambut dengan hati dan tangan terbuka. Saat ini terdapat perubahan kebijakan migran karena peningkatan imigran ilegal, khususnya manusia perahu, dan peningkatan kasus tenggelamnya perahu yang membawa pengungsi.

Dalam beberapa tahun terakhir, imigran terutama untuk tujuan pendidikan disamping untuk mencari tempat hidup yang lebih baik dan lebih aman, tambahnya.

Dikatakannya, masyarakat Australia memberikan kesempatan kepada masing-masing pemeluk agama untuk memperkenalkan agama mereka secara damai. 

“Saya menyampaikan khotbah di gereja tertentu yang mana saya berusaha menunjukkan ajaran Islam yang sebenarnya serta untuk menghilangkan keraguan, dengan fokus menunjukkan kesamaan antara Islam dan Kristiani.”

Dengan melihat pengalaman dan alasannya meninggalkan pekerjaan dan fokus di dakwah, Razvi mengatakan, ketika ia tiba di Australia, banyak insiden serangan yang menargetkan mahasiswa asing, termasuk dari India. Ia beralasan, hal ini dikarenakan pejabat dan orang Australia tidak memahami Islam dan Muslim secara tepat, sehingga ia memutuskan berkonsentrasi untuk menunjukkan gambaran Islam yang benar dan menghilangkan kesalahpahaman.

Dijelaskannya, terdapat tiga tujuan yang ingin diraih, mencapai kesatuan diantara sesama Muslim, membangun jembatan kesepahaman antara Muslim dan komunitas Australia dan membantu komunikasi Muslim dengan pihak berwenang. 

“Organisasi AIPC merupakan puncak dari upaya untuk mencapai tujuan tersebut, dan sangat berhasil. Kami tidak hanya menyatukan semua sekte dalam Islam, tetapi juga sejumlah besar kalangan non Muslim, termasuk pejabat senior pemerintah.

Pertemuan tiga hari yang diselenggarakan di sebuah kawasan prestisius Melbourne dihadiri sekitar 10.000 Muslim dan non Muslim, “Ini adalah batu pijakan penting untuk membangun jembatan antara komunitas Muslim dan non-Muslim melalui dialog antar agama dan antar budaya, selain membuka pintu komunikasi antara Muslim dan pemerintah sekuler Australia, sehingga mengurangi Islamophobia. Para imam dan dari yang berasal lebih dari 30 masjid dan Islamic Center se-Australia menyatu dalam sebuah platform untuk pertama kalinya. Konferensi ini juga berhasil merealisasikan tujuannya untuk meningkatkan saling kesepahaman diantara berbagai sekte Muslim dan memperkecil perbedaan serta memperjelas miskonsepsi antara Muslim dan komunitas lain. Pemerintah sangat mendukung kegiatan ini dan Menteri Imigrasi mengeluarkan visa bagi seluruh tamu yang diundang. Sekitar 1000 sukarelawan yang berasal dari Muslim dan non-Muslim berada dibalik kesuksesan acara ini, klaimnya.

Menurut Rzvi, konferensi ini mendisseminasikan pesan toleransi beragama dengan menyatukan para pemimpin dari semua keyakinan. Para pembicara meliputi uskup terkemuka John Bayton, pemimpin Yahudi Jenne Peristein, Pendeta Helen Summers dari Pusat Antar Agama Melbourne, dan pejabat senior Polisi Federal, termasuk inspektur Stephen Oberi. Ulama terkenal dan ilmuwan dari berbagai belahan dunia juga hadir dalam pertemuan tersebut. 

Terlepas dari berbagai sesi konferensi, terdapat beberapa hal yang menarik masyarakat Australia termasuk edutainment Islam seperti pameran keislaman yang memperkenalkan konsep Islami, usaha untuk meningkatkan perdagangan melalui Muslim World Fair, ruang bermain untuk anak, ditambah pojok non-Muslim yang mengesankan. Terdapat pameran copy Qur’an tertua dari Museum Turki dan penampilan model-model saintis yang didasarkan pada ayat-ayat Qur’an yang disiapkan oleh para siswa dari King Khaled School. Salah satu model menunjukkan bagaimana semut saling berkomunikasi satu sama lain, seperti yang disebutkan dalam Qur’an. Razvi berencana menyelenggarakan event ini secara tahunan. 

Meskipun seorang insinyur, Razvi sekarang merupakan seorang presenter Islam kepada non-Muslim. Dia dengan nyaman mengutip ayat Qur’an dan hadis, serta ajaran dari agama lain. Role modelnya adalah para dai terkenal seperti Ahmad Deedat, Dr. Zakir Naik dan Imran, yang merupakan mentornya. Imran adalah presiden Indian Islamic Research and Education Foundation. 

Sejak lahirnya IREA, Razvi telah memberikan lebih dari 200 kuliah di seluruh Australia dan berpartisipasi dalam berbagai seminar, konferensi dan program dialog antar agama. 

Diantara bentuk dakwah IREA termasuk dakwah di jalanan dengan interaksi tatap muka di jalanan yang sibuk, diskusi, kuliah dan debat secara regular dengan non-Muslim serta kampanye dengan iklan. Dia secara reguler menjadi pendakwah dan pembicara di berbagai masjid dan universitas di Melbourne.

Ambisi Dakwah IREA adalah dakwah di jalanan di seluruh Australia dengan berbagai tema dan subyek. Satu kelompok dengan 80-100 relawan terlatih akan menjalankan kampanye berdasarkan kartu pos dan banner yang tersebar di sepanjang jalanan Australia. Organisasi ini menggunakan berbagai media dan peralatan untuk mengenalkan Islam dan memberikan jalan bagi umat Islam untuk terlibat dengan non-Muslim.

Juga terdapat tour Dakwah Awareness, sebuah proyek untuk melakukan perjalanan di seluruh Australia, melewati setiap kota Metropolitan, kota besar maupun kota kecil. IREA juga menyelenggarakan kursus dakwah setiap empat bulan dengan topik aktual dan kuliah umum setahun dua kali dengan 1,000-2,000 hadirin, khususnya non Muslim. Razvi melihat tidak ada masalah bagi Muslim Australia untuk melindungi agama dan identitas budayanya. Wanita Muslimah juga bebas memakai berbagai jenis hijab.

Namun demikian, terdapat sebuah media yang berusaha menciptakan ketakutan terhadap Islam. Terdapat kelompok yang dinamakan Q Society yang didirikan oleh sekelompok pengikut fanatik Kristen dan Yahudi. Slogal mereka, ‘Muslim harus dikeluarkan dari Australia.’ “Pendekatan kami adalah menyelenggarakan dialog terbuka dengan mereka. Jika ini tidak berhasil, kami akan mendidik orang-orang tentang mereka dengan mengekspos menunjukkan siapa mereka,” katanya.

Razvi mengatakan bahwa Islam merupakan agama dengan pertumbuhan terbesar kedua di Australia yang kini memiliki populasi 20 juta. Jumlah Muslim sekitar 2.5 persen dari populasi yang berkisar 500.000. Melbourne, dengan jumlah populasi Muslim 180,000, merupakan pusat aktifitas Islam. Orang dari Lebanon dan Turki merupakan imigran terbesar. Al-Wasat merupakan publikasi bulanan dalam bahasa Inggris dan Arab terbesar. 

Mimpinya saat ini adalah mendirikan sebuah sekolah Islam internasional dengan fasilitas terbaik untuk melengkapi pendidikan bagi generasi Muslim masa mendatang. Juga terdapat rencana untuk meluncurkan TV Islam, sebagai tambahan dari proyek untuk membuat para penulis dan jurnalis Muslim menghadapi tantangan di dunia modern.(mukafi niam)
Foto:google+