Internasional

Islam Nusantara Diseminarkan di Monash University Australia

NU Online  ·  Senin, 18 April 2016 | 07:59 WIB

Islam Nusantara Diseminarkan di Monash University Australia

Monash University Australia/moodle.com

Jakarta, NU Online
Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) menggelar seminar yang bertajuk Indonesia’s Big Quandary: Islam and Moderation (Kebingunan Besar Indonesia: Islam dan Moderasi) dengan topik khusus Islam Nusantara di Monash University, Australia, Senin (18/4). Acara ini akan dilaksanakan pukul 18.30-19.30 waktu Australia.  

Salah satu pembicara, Nadirsyah Hosen menganggap bahwa Islam Nusantara bukan berarti untuk mempromosikan Islam Jawa.

“Ini (Islam Nusantara) lebih mempromosikan bagaimana budaya lokal, dimanapun itu berada, bisa berinteraksi dengan positif dengan ajaran Islam,” kata Hosen seperti dilansir artsonline.monash.edu.au.

“Islam Nusantara itu bukan tentang Javanisasi Islam atau Islam Java,” lanjut Rais Syuriyah PCINU Australia dan Selandia Baru itu.

Hosen menilai bahwa Nahdlatul Ulama dengan Islam Nusantaranya bisa menjadi solusi dan menjadi perlawanan terhadap Islam yang memiliki ideologi kekerasan dan kaku seperti yang dipraktikkan oleh Negara Islam Irak Syuriah (ISIS). 

“Tetapi akankan Islam Nusantara mendapatkan daya tarik di Timur Tengah?” tanya dosen senior di Fakultas Hukum Universitas Monash tersebut.

Menurutnya, seandainya yang menjadi titik tekan promosi Islam Nusantara adalah produknya bukan metodenya, maka promosi Islam Nusantara ke belahan dunia lain akan mengalami jalan buntu dan gagal.

Ia merujuk kepada Presiden Joko Widodo yang menggambarkan bahwa Islam Nusantara adalah benteng dan banteng untuk melindungi ideologi Nasional Pancasila.

Senada dengan Hosen, Narasumber lain James B. Hoesterey menganggap bahwa sejak peristiwa 9/11 dan musim semi Arab (Arab Spring), Indonesia semakin giat mempromosikan Islam moderat. Terlebih, para pemimpin agama dan organisasi Islam bekerja sama untuk mempromosikan Islam yang moderat untuk menghadang terorisme dan radikalisme. 

“Islam yang Moderat sebagai bagian dari usaha domestik untuk menghalau terorisme lokal dan ideologi ISIS,” jelas Asisten Profesor di Departemen Agama Universitas Emory, Atlanta, AS. (Muchlishon Rochmat/Fathoni)