Internasional ISLAMOPHOBIA

Insinyur Muslim Ditolak Bekerja di Instalasi Nuklir Prancis

NU Online  ·  Selasa, 26 Agustus 2014 | 22:03 WIB

Jakarta, NU Online
Seorang insinyur Muslim yang bekerja untuk sebuah perusahaan subkontraktor raksasa energi Prancis EDF dilarang mengakses situs nuklir Perancis di mana ia biasanya bekerja, sebuah langkah yang oleh pengacaranya dikatakan sebagai "Islamophobia".
<>
Manajer proyek 29 tahun tersebut telah diberikan akses ke instalasi nuklir sebagai bagian dari pekerjaannya selama 2012 dan 2013. 

Namun pada Maret 2014, insinyur yang tidak bisa disebutkan namanya sesuai dengan hukum Perancis, izinnya untuk memasuki stasiun tenaga nuklir Nogent-sur-Seine dicabut tanpa penjelasan. 

Keputusan yang dibuat oleh pemerintah daerah tersebut, dibuat dengan alasan "Rahasia Pertahanan" - yang berarti pemerintah tidak perlu secara terbuka menjelaskan keputusannya. 

"Klien saya bekerja dengan bebas di pembangkit listrik tenaga nuklir Perancis selama tiga tahun," kata pengacaranya Sefen Guez Guez, yang bekerja dengan Badan Kerjasama Anti-Islamofobia Perancis (CCIF), pada FRANCE 24. 

"Pertanyaannya sekarang adalah apa yang berubah? Semalam, ia menjadi tersangka dan tidak ada yang punya ide mengapa hal ini terjadi. Itulah apa yang kita coba gali."

Yang menjadi perhatian dari pengacara yang bersangkutan adalah, "mengingat suasana saat ini di Perancis, kecenderungan agamanya tidak dapat dikesampingkan" sebagai alasan di balik larangan tersebut. 

Pada bulan Juni 2014, Guez Guez berhasil mencabut larangan tersebut di pengadilan banding. Hakim memutuskan bahwa, "ada keraguan serius atas legalitas keputusan". 

Tapi ketika insinyur datang untuk bekerja pada bulan Juli, ia sekali lagi ditolak aksesnya - kali ini oleh EDF - ke tempat kerjanya. 

"Ini seperti Guantanamo”

Guez Guez melakukan banding kedua. Pengadilan akan memutuskan pada akhir Agustus. 

"Klien saya yakin," katanya kepada FRANCE 24 "Dia tidak pernah melakukan sesuatu yang salah di tempat kerja, dia tidak menghadapi masalah disiplin dengan EDF dan dia tidak memiliki catatan kriminal." 

Sementara ia menunggu putusan pengadilan, insinyur tersebut ditugaskan untuk pekerjaan administratif. 

"Dia diminta berhenti tanpa alasan," kata Guez Guez. "Ini seperti Guantanamo. Bagaimana bisa seorang karyawan di Prancis dilarang melakukan pekerjaannya tanpa bisa membela diri dan bahkan tidak tahu apa yang seharusnya ia lakukan salah? "

Kasus ini bukanlah insiden tunggal.

Pada bulan Januari, sebuah pengadilan di Nice di selatan-timur Perancis dua kali menolak larangan kerja yang dikenakan oleh polisi pada pekerja Muslim di bandara sibuk di kota ini. Hakim dalam kasus itu memutuskan bahwa keputusan polisi "tidak memiliki basis material yang tepat atau dibenarkan". (Frane24/islam.ru/mukafi niam)Â