Macau, NU Online
Rabu 7 Juni pukul 22.30 waktu Macau, saya sudah ditunggu di bundaran dekat pasar tradisional. Malam itu saya akan memimpin tarawih di kediaman Mbak Yuli. Saat naik lift terlihat angka 26 yang menandakan lantai tertingginya. Apartemen ini kelihatan mewah dan luas. Masuk ke dalam langsung shalat isya berjamaah dan dilanjutkan dengan tarawih dan witir.
Usai shalat, saya membuka percakapan.
“Siapa yang sudah punya impian untuk tiga tahun ke depan?" lontar saya.
Hanya dua orang yang mengacungkan jari, itu pun terlihat agak ragu. Saya memang sudah memprediksi, mengapa sampai ada yang lama sekali para imigran ini betah merantau. Mereka meninggalkan sanak famili, melewatkan kebersamaan dan masa pertumbuhan anak tercinta. Tak jarang banyak pula yang retak hubungan rumah tangganya selama menjadi tulang punggung di negeri orang.
Untuk mencapai impian amat ditekankan sebuah tekad, keyakinan, dan harapan. Dalam istilah agama kita mengenal niat. "Segala amal perbuatan tergantung niatnya, dan seseorang mendapatkan sesuatu berdasarkan niatnya." Begitu kira-kira sabda Nabi SAW. Bahkan dalam sebuah Hadits Qudsi Allah berfirman, "Aku sebagaimana prasangka hamba-Ku."
Setiap orang idealnya memiliki impian dan dambaan meraih kesuksesan. Namun, tak setiap impian itu memiliki orientasi yang sesuai fitrah manusia. Misalnya impian yang hanya cenderung pada hal yang bersifat material dan mengabaikan spiritual, bahkan menafikkan situasi sosial. Ini karena paradigma berpikir yang hanya materialistis dan hedonis.
"Kalau perlu buat daftar impian," itu pesan yang saya sampaikan kemudian.
Dalam istilah Al-Qur’an, kata sukses bisa diwakili oleh kata 'al-falah' atau 'al-fauz' yang menyiratkan satu kesatuan kesuksesan baik dunia maupun akhirat. Aspek tauhid harus tetap menjadi landasan, sehingga dalam menempuhnya tidak lagi memisahkan antara aktivitas dunia dan aktivitas akhirat. Karena ia ibarat satu koin dengan dua wajah.
Oleh karena itu tidak tepat ungkapan "bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup kekal dan bekerja pula untuk akhiratmu seakan-akan engkau wafat esok," karena dengan aktivitas dunia bisa kita peroleh akhirat (Al-Qashas: 77).
Bukankah kita juga dianjurkan untuk senantiasa memulai dengan asma Allah dalam segala aktivitas, dan bahkan berikrar bahwa shalatku, ibadah (murni)-ku, hidupku, matiku hanya untuk Allah Tuhan seluruh alam (Al-An'am: 162).
"Jangan hanya andalkan akal matematis, dengan menghitung gaji perbulan sekian dalam beberapa tahun sekian" ujar saya. Dalam konteks kebaikan kita punya banyak jalan, salah satunya dengan sedekah, ia mengundang banyak kebaikan dan tidak akan mengurangi harta, namun untuk sampai ke sini kita perlu iman.
Dari balik jendela, terlihat gedung-gedung tinggi. Saya meminta didoakan agar diberikan kesehatan lahir batin dan umur yang panjang,
Menjelang pamitan, ada salah satu jamaah berkata, "Lima tahun lagi kita ketemu lagi, ya Ustad."
"Aamiin," sahut saya. Rupanya ia sudah mulai memiliki jangkauan pandang hingga beberapa tahun ke depan. Alhamdulillah.
"Oh iya jangan lupa like fans page Tidim-Ldnu, ya," saya mengingatkan. (Saepuloh, dai anggota Tim Inti Dai Internasional dan Media (TIDIM) LDNU yang ditugaskan ke Macau. Kegiatan ini bekerja sama dengan LAZISNU)