Habib Umar bin Hafidz soal Hukum Ucapan Selamat Natal
NU Online Ā· Selasa, 31 Desember 2013 | 03:30 WIB
Tarim, NU Online
Habib Umar bin Hafidz menegaskan, sikap moderat (wasathiyah) adalah karakter inti ajaran Islam yang merepresentasikan perilaku Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Hal ini ia sampaikan dalam acara bedah buku karyanya, al-Wasathiyyah fil Islam (Moderat dalam Perspektif Islam).
Diskusi bedah buku diselenggarakan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Yaman cabang Hadhramaut di Auditorium Fakultas Syariah dan Hukum, Universtitas Al-Ahgaff Tarim, Hadhramaut, Yaman, Jumat (27/12).
Habib Umar mengutip surat al-Baqarah (143), āDan demikianlah Kami (Tuhan) jadikan kalian umat yang āwasathā (adil, tengah-tengah, terbaik) agar kalian menjadi saksi (syuhadaā) bagi semua manusia, dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi (syahid) juga atas kalian.ā
Dalam ayat tersebut umat Islam dipuji Tuhan sebagai golongan yang āwasathā karena mereka tak terjerembab dalam dua titik ekstrem. Yang pertama, ekstremitas umat Kristen yang mengenal tradisi ārahbaniyyahā atau kehidupan kependetaan yang menolak keras dimensi jasad dalam kehidupan manusia serta pengkultusan terhadap utusan.
Yang kedua adalah ekstremitas umat Yahudi yang melakukan distorsi atas Kitab Suci mereka serta melakukan pembunuhan atas sejumlah nabi. Habib Umar mengajak setiap Muslim untuk tidak berlaku tatharruf (ekstrem) dalam menjalankan ajaran agama.
āEkstrimisme yang terjadi akhir-akhir ini terjadi karena konsep wasathiyah mulai terkikis,ā terang pengasuh perguruan Darul Mushtafa ini di hadapan 500 pelajar.
Karenanya, tutur Habib Umar, sikap moderat harus menjelma di setiap dimensi kehidupan seorang muslim, baik dalam ranah akidah, pemikiran, etika, maupunĀ interaksi dengan orang lain.
Habib Umar menyebut Wali Songo sebagai contoh ideal yang berhasil menerapkan prinsip moderat dalam kegiatan dakwah menyebarkan Islam di Nusantara. āDengan sikap moderat yang ditunjukkan Wali Songo, Islam dapat diterima dengan baik di Indonesia,ā ujar Habib Umar.
Boleh Ucapkan Selamat Natal
Dalam kesempatan itu, Habib Umar bin Hafidz juga menerima pertanyaan dari peserta diskusi soal hukum mengucapkan selamat (tahniāah) Natal kepada umat Kristiani. Ia menjawab bahwa ucapan tersebut boleh selama tak disertai pengakuan (iqrar) terhadap hal-hal yang bertentangan dengan pokok akidah Islam, seperti klaim Isa anak Tuhan dan keikutsertaan dalam kemaksiatan.
Kebolehan ini, tutur Habib Umar, karena memuliakan para utusan Allah, termasuk Nabi Isa, adalah di antara hal yang pasti diakui dalam Islam (min dharuriyyati hadza ad-din).
Sementara itu, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Ahgaff Dr Muhammad Abdul Qadir al-Aydrus mengatakan, di tengah radikalisme yang marak dalam kehidupan beragama, makna moderasi perlu diulas kembali.
āSetiap orang mengaku dirinya menempuh jalan yang moderat, sehingga pengertian dari terma wasathiyah sendiri harus diperjelas,ā ujar dosen jebolan Universitas Badhdad tersebut saat memberi sambutan.
Usai bedah buku, acara Departemen Pendidikan dan Dakwah PPI Hadhramaut ini juga meluncurkan buku berjudul āJanganlah Berbantah-bantahan yang Menyebabkan Kamu Menjadi Gentar dan Hilang Kekuatanmuā, sebuah terjemah atas karya Habib Umar berjudul āWa La Tanazaāu Fatafsyalu wa Tadzhaba Riihukumā. (Abdul Muhith/Mahbib)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menggali Hikmah Ibadah Haji dan Kurban
2
Khutbah Jumat: Menggapai Pahala Haji Meskipun Belum Berkesempatan ke Tanah Suci
3
Keistimewaan Bulan Dzulhijjah dan Hari Spesial di Dalamnya
4
Amalan Penting di Permulaan Bulan Dzulhijjah, Mulai Perbanyak Dzikir hingga Puasa
5
Khutbah Jumat: Persahabatan Sejati, Jalan Keselamatan Dunia dan Akhirat
6
Kelola NU Laksana Pemerintahan, PBNU Luncurkan Aplikasi Digdaya Kepengurusan
Terkini
Lihat Semua