Jakarta, NU Online
Pimpinan Pusat Fatayat NU melakukan perbincangan mengenai soal isu-isu perempuan dengan aktivis perempuan asal Iran, Fateema Hashemi yang juga kepala Yayasan Amal untuk Penyakit Khusus. Perbindangan ini digelar bersamaan dengan peluncuran perdana Internasional Young Moslem Woman Forum (IYMWF) atau Poros Perempuan Muslim Muda Dunia, Selasa (9/10).
Fateema mengatakan bahwa Indonesia memiliki perempuan-perempuan berkualitas yang meningkat setiap tahunnya. Baginya, keterwakilan perempuan dalam semua sektor baik level nasional dan internasional adalah bentuk representasi peran perempuan.
Ketua Umum PP Fatayat NU, Anggia Ermarini menyambut baik kunjungan para perempuan Iran ini sebagai simbol persahabatan. "Kesempatan bertukar pikiran dan pengalaman antarnegara ini bisa jadi pelajaran yang luar biasa," ujarnya.
Anggia menegaskan beberapa isu perempuan yang masih menjadi PR besar bagi Fatayat NU dan bangsa Indonesia ini adalah tentang tingginya angka perkawinan pada anak. "Terutama tantangan terberat adalah regulasi yang masih melegalkan anak di usia 16 tahun untuk menikah," ujarnya.
Fateema menimpali, di Iran, fenomena tersebut tak jauh berbeda. Angka praktik kawin anak cukup tinggi karena adanya regulasi usia yang lebih rendah dari Indonesia. Dari sisi perlindungan perempuan dan anak, isu ini cukup mendominasi selama diskusi.
Acara tersebut dihadiri juga oleh Tayeeba Siyavashi, anggota parlemen Iran; dan Tahereh Taheriyan, vice president of Iran Olpic National Committee. Ketiganya hadir ke Indonesia dalam rangka Asian Para Games yang diadakan beberapa waktu lalu. (Kendi Setiawan)