Macau, NU OnlineÂ
“Assalamu'alaikum Ustadz jangan lupa ya nanti dijemput jam 11 untuk menyalati jenazah, terima kasih ustadz," begitu pesan WA yang saya terima dari Bu Ana pada Kamis (8/6) pagi.
Setelah berjalan kurang lebih sekitar 1, 5 km, akhirnya sampai di tempat upacara jenazah. Terlihat banyak karangan bunga. Ada juga orang-orang yang memakai pakaian khusus berkabung adat China. Dilarang menggunakan pakaian yang ceria di sini seperti merah dan kuning.
Naiklah kami ke lantai atas melalui lift. Di sana terdapat ruang-ruang untuk semacam upacara penghormatan. Terdapat pula miniatur orang berbaju China, miniatur rumah, peti dan mobil-mobilan dari kertas.Â
“Menurut keyakinan mereka, benda-benda itu menjadi ibarat akan harta mereka di akhirat, bahkan sampai ada yang meminta uangnya ikut dikubur," begitu cerita Bu Widia yang banyak memandikan jenazah BMI di Macau.
Elizabeth Mulyani, nama jenazah yang kami shalatkan di kamar berukuran sekitar 2x2,5 meter.Â
"Ini pelajaran yang berharga buat kita semua," pesan Ustad Syarif yang menjadi imam shalat. Saya sendiri memimpin doa yang diamini oleh teman-teman sesama BMI dan staf KJRI.
Untuk biaya pengurusan kematian di sini sekitar 65 ribu Pataca, atau sekitar 110 juta rupiah. Untungnya sudah ada pihak asuransi yang menanggung. Majikannya sendiri dikenal baik dan ikut hadir bersama kami. Namun, karena meninggalnya di rumah saat bekerja, maka pihak pemerintah Macau melakukan autopsi dan investigasi. Sehingga almarhumah sendiri baru bisa dishalatkan hari ini sejak meninggalnya 19 Mei lalu.Â
"Masya Allah" batin saya.
Paling cepat menurut Bu Pur, staf KJRI, untuk pengurusan jenazah sekitar seminggu karena banyak hal yang harus diurus. Lain lagi bila ada jenazah yang positif HIV AIDS, pemerintah sini melakukan kebijakan untuk mengkremasinya di China, khawatir terhadap penyebaran virusnya.
Almarhumah adalah seorang muallaf. Usai dikemas dalam peti kayu dan ditutup dengan las solder, dilakukan serah terima G to G (Goverment to Goverment) dari KJRI diwakili oleh Bu Rizki dan Pak Gustaz yang datang dari Hong Kong.
Jenazah rencananya akan sampai di Indonesia pada Jumat (9/6) pukul 23:45 WIB, harus transit dulu melalui Manila. Dan diperkirakan Sabtu sampai Cilacap, Jawa Tengah, kampung almarhumah. Semoga almarhumah "mustarih" (beristirahat) dan husnul khatimah bukan "mustarah" (diistirahatkan karena kehidupannya banyak mengganggu sesamanya).
"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati," begitu firman Allah dalam Surat Ali Imran: 185. Tak ada yang bisa menunda dan mempercepatnya bila ajal sudah tiba. Ada beberapa istilah dalam al-Quran yang berbicara tentangnya, di antaranya maut, wafat, dan ajal.Â
"Cukuplah kematian itu sebagai nasihat," begitu sabda Nabi SAW.
Ramadhan sudah hampir setengah perjalanan. Bukan tidak mungkin ini jadi bulan puasa terakhir bagi kita. Semoga kita bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Aamiin. (Saepuloh, dai anggota Tim Inti Dai Internasional dan Media (TIDIM) LDNU yang ditugaskan ke Macau. Kegiatan ini bekerja sama dengan LAZISNU)