Internasional

Duka Muslim Uighur, Ditahan dan Dijadikan Pekerja Paksa

NU Online  ·  Selasa, 18 Desember 2018 | 06:30 WIB

Kashgar, NU Online
Pada Agustus lalu, Badan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis data kalau sekitar satu juta Muslim di Xinjiang –mayoritas Muslim Uighur- ‘ditahan’ di sebuah kamp interniran di Xinjiang. 

Data senada juga dikeluarkan Human Right Watch. Lembaga hak asasi manusia yang bermarkas di New York itu menyebutkan Muslim Uighur dan lainnya dilarang mengucapkan salam selama berada di kamp rahasia itu. Mereka harus mempelajari bahasa Mandarin dan menyanyikan lagu-lagu propaganda. Jika menolak, mereka akan dihukum. Tidak mendapat jatah makanan, berdiri selama 24 jam, atau ditempatkan di ruang isolasi.

Tidak hanya sampai di situ, diberitakan Muslim Uighur juga dilarang mengenakan jilbab, memelihara jenggot, dan melakukan ritual-ritual keagamaan di depan umum. Bahkan, rumah-rumah mereka di wilayah Xinjiang dipasangi kode QR sebagai upaya untuk mengontrol populasi dan aktivitas Muslim Uighur.

Data terbaru menyebutkan bahwa jutaan Muslim Uighur dan minoritas Muslim lainnya yang ditahan itu dipaksa untuk bekerja di sejumlah pabrik yang dibangun di sekitaran atau di alam area kamp penahanan. Laporan ini didasarkan pada citra satelit, kesaksian dari saudara korban, dan sejumlah dokumen. 

“Orang-orang yang ditahan ini menyediakan tenaga kerja gratis atau murah untuk pabrik-pabrik ini,” kata Mehmet Volkan Kasikci, seorang peneliti di Turki yang meneliti kasus Muslim Uighur, dikutip dari laman New York Times, Ahad (16/12).

Senada dengan Kasikci, pendiri Atajurt Kazakh Hak Asasi Manusia Serikzhan Bilash mengatakan, mereka dipaksa bekerja di pabrik setelah menjalani indoktrinasi di kamp-kamp. Bilash mengaku telah mewawancarai keluarga dari 10 Muslim di Xinjiang yang ditahan di sana. 

Dilaporkan bahwa Muslim Uighur yang ditahan di kamp-kamp interniran tersebut dipaksa bekerja membuat pakaian dengan upah yang rendah dan kondisi di pabrik yang buruk.  

China diketahui memang sangat ketat terhadap Muslim Uighur. Berbagai kebijakan dikeluarkan untuk ‘membatasi kebebasan beragama’ Muslim Uighur. China berdalih, langkah-langkah itu ditempuh untuk mengantisipasi kelompok-kelompok Islam militan dan separatis yang menyasar Muslim Uighur. 

China mengklaim bahwa kamp-kamp itu merupakan pusat pelatihan vokasi profesional untuk meningkatkan keterampilan masyarakat setempat. Plus untuk kontra terorisme. (Red: Muchlishon)