Internasional JURNAL DAI RAMADHAN

Catatan Dai dari Hong Kong: Pancasila Perekat Bangsa

NU Online  ·  Kamis, 1 Juni 2017 | 23:02 WIB

Catatan Dai dari Hong Kong: Pancasila Perekat Bangsa

Thomas (kedua dari kanan) dan Dai Ramadhan LDNU di Hong Kong

Hong Kong, NU Online 
Thomas, orang berkebangsaan Republik Ceko. Ia turut berbuka puasa bersama kami di Pengurus Cabang Istimewa (PCINU) Hong Kong Rabu (31/5). Ia bersama kami sama-sama makan nasi putih dan kuning dengan lahap seusai shalat maghrib.

Thomas tidak terlalu banyak bicara. Namun, saat saya cerita tentang Thomas Rosicky, seorang mantan pemain Arsenal yang berasal dari Republik Ceko, yang kebetulan juga asal negaranya, dia mulai angkat bicara. 

Ia amat menyayangkan cedera yang kerap kali menimpa Thomas Rosicky. Menurutnya "Rosicky is very good playmaker." 

Dan saya sepakat juga dengannya. Waktu saya tanya di mana Rosicky main sekarang, "Sparta Praha," jawab Thomas. 

Ceko ialah salah satu negara di Eropa Tengah yang lahir pasca bubarnya negara Cekoslowakia. Ceko dan Slowakia akhirnya masing-masing menjadi negara berdaulat. Bila kita lihat lebih jauh, banyak negara yang juga pernah pecah seperti Jerman bahkan sampai kini, Uni Soviet misalnya yang pecah menjadi 15 negara. 

Di Asia ada Korea yang menjadi Korea Utara dan Korea Selatan. Demikian juga pernah terjadi pada China dan Vietnam. Pada tahun 1947 resmi berdiri Republik Islam Pakistan yang memisahkan diri dari India yang Hindu. Setelahnya, terjadi imigrasi besar-besaran, dimana sekitar 6 juta  penduduk Hindu dan Sikh keluar dari Pakistan dan 8 juta Muslim ke Pakistan. Pakistan sendiri akhirnya pecah melahirkan negara baru bernama Bangladesh.

Konflik politik, ekonomi, ideologi, agama menjadi sebab pisahnya negara-negara tersebut. Tidak dicapainya kesepakatan yang bisa diterima semua pihak membuat sekat-sekat yang menimbulkan kecurigaan dan perpecahan. Dan amat sulit—bila enggan berkata mustahil—untuk menyatukan kembali negara-negara yang sudah pecah tersebut.

Alhamdulillah Indonesia oleh para founding father, tokoh bangsa, ulama dan para pejuang kemerdekaan telah sepakat bahwa ideologi yang kita anut ialah Pancasila dengan semboyannya ‘Bhinneka Tunggal Ika’. 

Semboyan itu terbukti mampu memayungi semua golongan dan ras,  mampu mengikat keragaman yang ada. Bahkan menjadi nilai nilai dan falsafah hidup dalam berbangsa dan bernegara. 

Tanggal 1 Juni kemarin ialah hari lahirnya Pancasila. Sudah sepatutnya kita bersyukur kepada Allah SWT, karena sampai hari ini NKRI tetap berdaulat dan berdiri, walaupun ada riak-riak kecil yang hendak menggoyahnya. Seluruh elemen bangsa wajib menjaga dan melestarikannya sebagaimana Nahdlatul Ulama yang tetap setia pada NKRI, UUD 1945, dan Pancasila sebagai dasar negara. (Saepuloh, pendakwah, salah satu ustad anggota Dai Ramadhan LDNU yang ditugaskan ke Hong Kong)