Internasional

Benarkah Ada Jihad Seks di Suriah?

NU Online  Ā·  Rabu, 9 Oktober 2013 | 00:15 WIB

Jakarta, NU online
Dalam beberapa minggu terakhir, berbagai media menampilkan cerita sensasional tentang ā€œjihad seksā€ yang dilakukan oleh para perempuan pendukung pemberontak Suriah.
<>
Ratusan perempuan Muslim, khususnya dari Tunisia dilaporkan pergi ke Suriah untuk menawarkan diri mereka kepada kelompok pejuang tersebut untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Tampaknya, berita tersebut hanyalah hoax belaka.Ā 

Idiom jihad seks pertama kali muncul pada Desember 2012 dalam screen shot tweet syeikh salafi garis keras asal Saudi Mohamed al-Arefe, yang beredar secara luas di jejaring online.

Tweet tersebut mengatakan ā€œWanita Muslim, mulai dari umur 14 tahun, diizinkan untuk menikah dengan jihadist selama beberapa jam, kemudian menikahi jihadist yang lain untuk memperkuat moral bertempur dan membuka pintu surga.ā€Ā 

Pernyataan seperti yang disampaikan oleh al-Arefe, yang sangat dihormati dikalangan jihadist, dianggap sebagai fatwa, jika memang pernyataan tersebut otentik. Namun, demikian, setelah diteliti lebih lanjut, tampaknya kebenaran pernyataan tersebut diragukan karena panjangnya tweet hanya 140 huruf, sementara pernyataan tersebut sampai 200 huruf.

Meskipun anomali, cerita tentang ā€œjihad seksā€ tersebut menarik perhatian dari sejumlah stasiun TV di Iran dan Arab pada 2012.

Sheikh al-Arefe dengan cepat mengkonfirmasi telah membuat pernyataan tersebut dan menjelaskan, tidak ada fatwa seperti itu yang diposting di akun twitter atau facebooknya.Ā Ā 

Tapi cerita tentang jihad seks tersebut terus menyebar di jaringan sosial media. Fatwa tersebut tidak lagi dikaitkan dengan syeikh tersebut, tetapi dengan sumber lain yang tidak diketahui.

Sebagai bagian dari perang psikologisnya, sejak Januari 2013, TV channel yang dekat dengan rezim Suriah menyiarkan cerita ini, dan bahkan menggunakan petempur dari Chechnya, yang sebenarnya difilmkan di Chechnya pada Desember 2010 dan dipresentasikan sebagai wanita Tunisia yang pergi ke Suriah untuk mendukung para pejuang.

Sejumlah jurnalis berusaha mengakhiri hoax ini. Reporter Malika Jebari mengatakan, dia keluar dari stasiun TV Lebanon al-Mayadeen karena ditekan untuk membuat cerita jihad seks.

Setelah isu ini tenggelam selama beberapa bulan, pada September 2013, isu ini berkembang di permukaan dengan munculnya video tentang jihad seks, yang disiarkan di beberapa TV Suriah dan Lebanon.

Laporan tersebut berasal dari Menteri Dalam Negeri Tunisia, Lotfi Ben Jeddou yang kembali memunculkan isu tersebut ke permukaan. Menteri yang sedang berkonflik dengan partai yang sedang berkuasa, Ennahda, sayangnya tidak memberikan dukungan atas klaim yang dikatakannya.

Tidak ada bukti kredibel atas praktes ini. Laporan terakhir disiarkan pada 22 September oleh TV Suriah Al-Ikhbariya, yang melaporkan cerita seorang remaja putri berusia 16 tahun, yang menjadi korban insest oleh ayahanya sebelum ia dikirim ke para jihadist. Tetapi jelas bahwa stasiun tersebut mendukung pemerintah, dan kebijakan siarannya mendiskreditkan pihak pemberontah.

Anwar Malek, dari Algeria, seorang observer Liga Arab di Suriah mengatakan.

ā€œSaya jamin, saya memiliki kontak dengan beberapa pejabat Tunisia, dan mereka semuanya mengatakan kepada saya bahwa cerita ini tidak ada basis realitasnya. Tidak ada bukti yang mendukung.ā€

ā€œSampai sekarang, tidak ada bukti… secara personal saya berpikir, ini merupakan satu plot yang diciptakan oleh rezim Suriah. Terdapat wanita Tunisia yang berada di wilayah Suriah, tetapi mereka telah berada di sana selama beberapa tahun, sebagian dari mereka pelacur, tetapi tidak ada sesuatu yang disebut sebagai jihad seks.ā€Ā 

Pejabat Tunisia yang lain, akhirnya membantah pernyataan sebelumnya dari Mendagri bahwa jihad seks telah meluas. Kepada Al Arabiya, pejabat yang berbicara dengan status anomin tersebut mengatakan,Ā 

"Paling banyak 15 wanita Tunisia pergi ke Suriah, sebagian besar untuk merawat para pejuang atau melakukan pekerjaan sosial," Senin (7/10).

Meskipun demikian, ia tidak membantah, diantara mereka ada yang melakukan hubungan dengan para militan. "Empat di antara mereka kembali dari Suriah, dan satu orang hamil," ujarnya.

Pejabat tersebut juga masih menegaskan, terdapat wanita dari Chechnya, Irak, Mesir, Prancis, dan Jerman yang pergi ke Suriah untuk jihad seks, dari informasi yang didapatnya bersumber dari wanita yang kembali dari Suriah. Mereka merupakan target dari indoktrinasi kelompok garis keras.Ā 

Koran Tunisia Al Sharaouk (Matahari Terbit) juga melaporkan pengalaman mengerikan seorang gadis bernama (19) yang menjalani jihad seks sebagai bagian dari perjuangan melawan musuh Islam. Tak terhitung laki-laki yang sudah dilayaninya dan ia harus menjalani berbagai macam penyiksaan seksual dari para militan. Ketika kembali ke Tuniasia, dokter memvonis terkena penyakit AIDS.

Lalu apa sebenarnya yang terjadi, perang adalah tipu daya. Wallahu a’lam. (observers.france24.com/mukafi niam)