Jenewa, NU Online
Juru bicara badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan pengungsi (UNHCR) Andrej Mahecic mengatakan, ada ratusan pengungsi Rohingya di Bangladesh yang tinggal di daerah-daerah rawan terkena banjir dan longsor pada musim hujan nanti.
“Antara 150.000 dan 200.000 pengungsi Rohingya akan beresiko musim hujan ini. Mereka hidup di tanah rawan longsor dan banjir dan berada di kebutuhan relokasi mendesak,” kata Mahecic dalam sebuah konferensi pers di Jenewa dikutip laman kantor berita Anadolu, Jumat (4/5).
Mahecic menyebutkan, jumlah warga Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh terus terjadi. Pada tahun ini, diperkirakan ada delapan ribu pengungsi Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh. Sementara itu, pelarian warga Rohingya secara besar-besaran terjadi pada 25 Agustus 2017 lalu dimana 750 ribu warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh.
Pada Mei tahun ini, UNHCR dan mitra-mitranya telah menyusun rencana bersama untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang menimpa warga Rohingya. Pada 2018 ini, mereka menyusun anggaran sebesar 950 juta dollar Amerika Serikat untuk memenuhi kebutuhan lebih dari 880 ribu pengungsi Rohingya dan lebih dari 330 ribu warga Bangladesh di komunitas yang terkena dampak krisis.
“Pada Mei, hanya 16 persen dari dana yang dibutuhkan telah diterima,” ujar Mahecic.
Ratusan ribu warga Rohingya terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka di negara bagian Rakhine Myanmar setelah tentara Myanmar melakukan operasi militer di desa-desa Rohingya. Dilaporkan, ribuan warga Rohingya telah dibunuh, perempuannya diperkosa, dan rumah-rumahnya dibakar dalam operasi militer tersebut. (Red: Muchlishon)