Internasional

160 Pelajar Indonesia di Yaman Tertahan di Oman

NU Online  ·  Selasa, 9 Oktober 2018 | 06:39 WIB

Jakarta, NU Online
Sebanyak 160 pelajar Indonesia di Yaman dikabarkan tertahan di Salalah, Oman sejak 30 September lalu. Mereka terdiri dari 155 pelajar baru dan lima pelajar pembimbing. Selain itu beberapa orang pulang dari haji juga masih tertahan.

Wakil Sekretaris Jenderal Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Yaman Muhammad Taufan Azhari mengatakan bahwa pemerintah Oman sejak bulan Mei 2018 mengeluarkan kebijakan agar WNA tidak diperbolehkan masuk Yaman melalui perbatasan Oman. 

"Dan bagi yang ingin masuk, mereka harus mempunyai surat rekomendasi dari KBRI/Kemenlu dari setiap negara," kata Taufan saat menghubungi NU Online pada Selasa (9/10).

Lebih lanjut, alumni Pondok Buntet Pesantren itu juga mengungkapkan bahwa KBRI Yaman enggan mengeluarkan surat tersebut. Semenjak diberlakukannya pelarangan itu, katanya, sebagian dan bahkan banyak dari para pelajar tetap bisa memasuki Yaman. Hal ini bisa terjadi bukan atas bantuan KBRI Yaman, melainkan asas toleran dari pihak imigrasi Oman.

"Selama ini KBRI Yaman yang berdomisili di Salalah memang tidak pernah tahu serta tak pernah mengayomi ataupun berkunjung ke Yaman menyapa para WNI di sana," terangnya.

Bahkan, kabarnya, KBRI Yaman saat ini sedang dicabut hak wewenangnya oleh pemerintah Oman. "Akhirnya kita menghubungi KBRI Oman yang berada di Muscat," ujarnya, "Tapi sayangnya KBRI Muscat pun melempar hal ini kepada KBRI Yaman. Kita lah sekarang yang menjadi korban," imbuhnya.

Nahdliyyin Yaman mengusulkan dan berharap ada bantuan ataupun tanggapan yang cepat dari pemerintah, khususnya Kementerian Luar Negeri. Pasalnya, mereka saat ini kebingungan dan terkatung-katung tidak ada kejelasan. 

Sebagian juga, katanya, berharap PBNU membuka suara kepada pemerintah untuk permasalahan ini.  "Sekiranya bisa disampaikan dan/atau disambungkan kepada para pejabat pemerintahan yang memang mengurusi hal ini. Mereka berharap agar suara pelajar Yaman bisa didengar oleh pemerintah," pintanya.

"Karena selama ini mereka selalu diabaikan oleh KBRI," pungkas Taufan. (Syakir NF/Zunus)