Ilmu Tauhid

Mukjizat Nabi Muhammad Dibanding Nabi Lainnya (1)

Jum, 25 Oktober 2019 | 02:15 WIB

Mukjizat Nabi Muhammad Dibanding Nabi Lainnya (1)

Kadang Nabi Muhammad perlu menunjukkan mukjizat fisikal untuk orang awam yang menyangkal kerasulannya secara rasional. (Ilustrasi: NU Online)

Bukti kebenaran klaim kenabian seseorang secara umum bisa dibagi menjadi dua. Pertama, kekuatan hujjah (argumentasi) dari ajaran yang dibawanya. Kekuatan hujjah para Rasul ini dipelajari dalam ilmu kalam yang memang dibuat untuk membuktikan bahwa ajaran para rasul memang kuat secara rasional. Kedua, bukti dalam bentuk mukjizat yang berfungsi untuk menunjukkan bahwa orang yang dimaksud memang benar-benar diutus oleh Tuhan yang menciptakan alam semesta. Bukti kedua inilah yang akan dibahas dalam artikel ini. 
 
Para Rasul seluruhnya dibekali dengan mukjizat berupa hal-hal menakjubkan yang tak mungkin dilakukan manusia biasa. Mukjizat ini biasanya berupa kejadian yang melanggar kaidah hukum fisika sehingga orang yang melihatnya tak punya alasan lagi untuk meragukannya. Yang jelas, mukjizat bukanlah trik semacam sulap tetapi sesuatu yang benar-benar terjadi secara luar biasa.
 
 
Sebagai nabi terakhir, Nabi Muhammad juga dibekali dengan berbagai macam mukjizat yang bahkan melampaui mukjizat para rasul sebelumnya. Di antara mukjizat beliau adalah terbelahnya bulan menjadi dua. Bila dalam Al-Qur’an dan Bible disebutkan bahwa Nabi Musa membelah lautan dengan pukulan tongkatnya, maka Nabi Muhammad menunjukkan bulan yang terbelah dengan izin Allah. Peristiwa ini dicatat dalam banyak sekali riwayat dari orang-orang yang berbeda yang saling melengkapi satu sama lain.
 
Disebutkan dalam hadits sahih bahwa suatu saat penduduk Makkah meminta suatu mukjizat sebagai bukti kenabiannya,
 
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ االلهُ عَنْهُ، قَالَ: سَأَلَ أَهْلُ مَكَّةَ أَنْ يُرِيَهُمْ آيَةً «فَأَرَاهُمُ انْشِقَاقَ القَمَرِ»
 
“Dari Anas, ia berkata: ‘Penduduk Makkah meminta Nabi agar menunjukkan suatu bukti kenabian pada mereka, maka Nabi Muhammad menunjukkan terbelahnnya bulan’” (HR  Bukhari).
 
Terbelahnya bulan tersebut terlihat jelas sekali oleh para penduduk saat itu sebab terlihat jelas menjadi dua bagian yang terpisah,
 
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: انْشَقَّ القَمَرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِرْقَتَيْنِ، فِرْقَةً فَوْقَ الجَبَلِ، وَفِرْقَةً دُونَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «اشْهَدُوا»
 
“Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata: Bulan terbelah di masa Rasulullah ﷺ menjadi dua bagian. Satu bagian [terlihat] ada di atas puncak gunung dan satu bagian lagi di bawahnya. Lalu Rasulullah ﷺ berkata: Saksikanlah!” (HR  Bukhari).
 
Melihat kejadian itu, apakah penduduk Makkah percaya begitu saja? Tidak. Dengan penuh pengingkaran mereka berkata bahwa itu sihir sehingga mereka menunggu konfirmasi dari para musafir yang masih di perjalanan, sebagaimana diceritakan di hadits sahih berikut:
 
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ يَعْنِي ابْنَ مَسْعُودٍ، قَالَ: انْشَقَّ الْقَمَرُ بِمَكَّةَ حَتَّى صَارَ فِرْقَتَيْنِ فَقَالَ كُفَّارُ أَهْلِ مَكَّةَ: هَذَا سِحْرٌ سَحَرَكُمْ بِهِ ابْنُ أَبِي كَبْشَةَ انْظُرُوا السُّفَّارَ فَإِنْ كَانُوا رَأَوْا مَا رَأَيْتُمْ فَقَدْ صَدَقَ وَإِنْ كَانُوا لَمْ يَرَوْا مَا رَأَيْتُمْ فَهُوَ سِحْرٌ سَحَرَكُمْ بِهِ، قَالَ: فَسُئِلَ السُّفَّارُ وَقَدِمُوا مِنْ كُلِّ وَجْهٍ فَقَالُوا: رَأَيْنَاه
 
“Dari Abdullah ibn Mas’ud, ia berkata: Bulan telah terbelah di Makkah menjadi dua, maka orang-orang kafir berkata: ‘Ini adalah sihir yang dilakukan oleh putra Abi Kabsyah (Nabi Muhammad) terhadap kalian. Tunggulah para musafir, bila mereka melihat apa yang kalian lihat, maka dia jujur. Bila mereka tak melihatnya, maka ini adalah sihirnya atas kalian’. Kemudian para musafir yang datang dari berbagai penjuru ditanya, mereka menjawab: ‘Kami melihatnya [terbelah]’” (HR  Baihaqi dalam al-I’tiqad).
 
Kejadian ini kemudian diabadikan dalam Al-Qur’an, tepatnya di awal Surat al-Qamar. Kejadian ajaib ini tak berlangsung lama sebab bulan kemudian menyatu lagi sebagaimana semula hingga kini. Namun demikian, tak mungkin kisah yang diriwayatkan oleh banyak sahabat dan disaksikan banyak saksi mata ini sebagai kejadian fiktif, ilusi, atau sihir. Andai fiktif, tak mungkin begitu banyak riwayat yang berbeda menyebutkan kisah ini lengkap dengan pernyataan orang-orang kafir. Andai kisah ini ilusi atau sihir, maka tak mungkin berdampak pada begitu banyak orang, bahkan pada para musafir yang sedang berada di luar Makkah.
 
Sebagian orang yang ingkar meminta bukti bahwa bulan pernah terbelah di masa lalu sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat di atas. Bila yang diinginkan adalah bukti berupa bekas terbelah di bulan, maka ini permintaan yang absurd sebab Allah yang berkuasa membelah bulan menjadi dua bagian tentu berkuasa mengembalikannya ke bentuk semula tanpa bekas apa pun. Bila ia percaya bahwa pembelahan bulan ini tindakan remeh bagi pencipta alam semesta, seharusnya ia paham bahwa mengembalikan keadaan bulan seperti keadaan semula juga hal yang remeh bagi-Nya. Bila ia meragukan validitas kisah ini, maka dengan bukti otentik apa ia akan mematahkan seluruh kesaksian saksi mata itu? Yang bisa dilakukan hanya sekadar tak percaya saja tanpa bukti apa pun, seperti yang dilakukan orang-orang kafir Quraisy itu tadi. Yang semacam ini bukanlah alasan, tapi semata keingkaran sebab keras kepala.
 
Lalu kenapa tak ada catatan dari orang selain kaum Muslimin bahwa peristiwa terbelahnya bulan ini terjadi? Maka jawabannya:
 
1. Tak adanya catatan kejadian dari empat belas abad yang lalu dapat dimaklumi. Saat itu tak semua hal dicatat oleh masyarakat. Kebanyakan hanya berupa cerita dari mulut ke mulut yang kebanyakan hilang ditelan zaman.
 
2. Bisa jadi saat itu bulan tak berada pada ketinggian yang cukup untuk dilihat di daerah yang sangat jauh sehingga bangsa lain tak melihat kejadian itu.
 
3. Bisa jadi kejadiannya sudah larut malam sehingga kebanyakan orang di berbagai negeri sudah tertidur. Atau, bisa jadi saat itu langit terhalang awan bagi bangsa-bangsa di luar Makkah.
 
4. Dan bukan hal yang mustahil bahwa kisah tersebut sengaja ditutupi dan dihilangkan dari sejarah sebab akan menjadi bukti bahwa kenabian Nabi Muhammad adalah benar.
Demikianlah mukjizat Nabi Muhammad berupa terbelahnya bulan jauh lebih menakjubkan dibanding “sekadar” membelah laut. Namun tetap semua mukjizat para Nabi adalah hal luar biasa yang tak bisa ditiru. Wallahua’lam.
 

Ustadz Abdul Wahab Ahmad, Wakil Sekretaris PCNU Jember & Peneliti di Aswaja NU Center Jawa Timur