Ketika Nabi Muhammad berusia 12 tahun, ia diajak pamannya, Abu Thalib untuk ikut berdagang ke Syam. Di tengah perjalanan, tepatnya ketika memasuki daerah Bashra, rombongan kafilah dagang Abu Thalib bertemu dengan seorang yang bernama Bahira, seorang pendeta yang menguasai atau mengetahui banyak tantang Injil serta kitab-kitab lainnya.
Bahira melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Nabi Muhammad sebagaimana petunjuk yang ia dapati dari kitab-kitab tersebut, di antaranya selalu dipayungi oleh awan.
Buhaira segera memperhatikan dengan saksama dan menghampirinya, lalu diperiksa sekujur tubuh Muhammad untuk melihat tanda-tanda kenabian yang diterangkan dalam kitab-kitab suci terdahulu. Ia menemukan tanda kenabian itu di punggung Muhammad.
Dan benar, Muhammad putra Abdullah yang sedari kecil yatim piatu itu, pada usia 40 tahun, diangkat Allah menjadi rasul penutup zaman. Ia terjaga dari sifat-sifat buruk sedari lahir. Orangnya terpercaya sehingga digelari sebagai Al-Amin.
Menurut Rais Majelis Ilmi Jam'iyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama KH Ahsin Sakho Muhammad, tanda-tanda kenabian Rasulullah Muhammad Shallahu 'alaihi wa saalam ada di dalam kitab Taurat.
Pada kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa Alaihis Salam tersebut, nabi akhir zaman memiliki seperti berikut ini: ia diutus oleh Allah menjadi saksi, pembawa kabar gembira, pemberi peringatan.
Ungkapan tersebut termaktub dalam Al-Qur’an surat AI-Ahzab ayat 45:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
“Wahai nabi, sesungguhnya Kami men gutus engkau sebagai saksi, pembawa kabar gembira dan memberi peringatan.”
Dan dalam kitab Taurat itu juga diceritakan sifat nabi akhir zaman tersebut adalah seorang mutawakkil (orang yang menerima perwakilan), yang berperangai tidak keras, tidak berhati kasar, dan bukan orang yang berteriak-teriak di pasar.
Menurut Kiai Ahsin ungkapan tersebut terdapat di makam Danial (seorang nabi setelah Musa). (Abdullah Alawi)