Hikmah

Nubuwwah tentang Kenabian Muhammad SAW kepada Bani Israil

Kam, 25 Juni 2020 | 11:00 WIB

Nubuwwah tentang Kenabian Muhammad SAW kepada Bani Israil

Namanya adalah Ahmad; Aku memberi petunjuk (manusia) dari kesesatan melalui dia, dan Aku memberikan pengajaran (kepada manusia) melalui dia (sehingga mereka terbebas dari) kejahilan (kebodohan), dan Aku angkat (harkat manusia) sesudah tenggelam di dalam kerendahan, dan Aku menjadikan (mereka) terkenal melaluinya sesudah tak dikenal

Dikutip dari Hasyiyah Al-'Allamah Ashawi, jilid.4 hal.201, Muhammad ‘Ali As-Shabuni, Shafwatut At-Tafasir, jilid.3 hal.311 dan Imam Al-Jalil Al-Hafidh Imaduddin Abilfida Ismail, Ibn Katsir, juz.3 hak.299-300 tentang berita kenabian Muhammad SAW. 


Wahb Ibnu Munabbih mengatakan bahwa Allah SWT, menurunkan wahyu kepada salah seorang nabi dari keturunan Ya'kub as (Bani Israil) yang dikenal dengan nama Sya'ya as yang hidup pada tahun 1858 - 1742 SM (sebelum Masehi), “Berdirilah kamu di kalangan Bani Israil, karena sesungguhnya Aku akan membuat lisanmu menyampaikan wahyu-Ku”. 


Maka nabi itu berdiri dan berkata, “Hai langit, dengarlah. Hai bumi dengarlah, karena sesungguhnya Allah hendak memutuskan suatu perkara dan mengatur suatu urusan penting, Dialah yang akan melaksanakannya. Dia bermaksud memindahkan kampung ke daerah yang tak berpenghuni, dan kota ke daerah pedalaman, dan sungai-sungai ke padang Sahara, dan nikmat (Nya) sampai kepada orang-orang fakir, dan kerajaan di tangan para penggembala. 


Dia bermaksud mengutus seorang nabi yang ummi dari kalangan orang-orang ummi. Nabi tersebut tidak kasar, tidak keras, tidak pula bersuara keras di pasar-pasar. Seandainya dia melewati lentera, tentulah lentera itu tidak padam karena ketenangannya. Dan seandainya dia berjalan di atas ranting-ranting yang kering, tidak terdengar suara dari bawah kedua telapak kakinya. 


(Allah berfirman), Aku mengutusnya sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dia tidak pernah berkata dusta. Melalui dia, Aku buka mata yang buta, telinga yang tuli dan hati yang terkunci. Dan Aku bimbing dia ke setiap perbuatan yang baik. Aku anugerah kan kepadanya semua akhlak yang mulia, dan Aku jadikan sakinah (ketenangan) sebagai pakaiannya, kebaikan sebagai perlambangnya, taqwa sebagai isi hatinya, hikmah sebagai lisannya, kejujuran dan kesetiaan sebagai wataknya, suka memberi maaf dan berbuat kebajikan adalah akhlaknya. Kebenaran adalah syariatnya, keadilan adalah sepak terjangnya, hidayah adalah imamnya, Islam adalah agamanya. 


Namanya adalah Ahmad; Aku memberi petunjuk (manusia) dari kesesatan melalui dia, dan Aku memberikan pengajaran (kepada manusia) melalui dia (sehingga mereka terbebas dari) kejahilan (kebodohan), dan Aku angkat (harkat manusia) sesudah tenggelam di dalam kerendahan, dan Aku menjadikan (mereka) terkenal melaluinya sesudah tak dikenal. Dan Aku jadikan (mereka) berkecukupan melaluinya sesudah hidup dalam serba kekurangan. Dan Aku jadikan (mereka) bersatu melaluinya sesudah berpecah belah. Dan Aku jadikan hidup rukun diantara umat yang berbeda-beda, hati yang bertentangan dan kecenderungan yang beraneka ragam (melaluinya). Dan Aku selamatkan melaluinya beberapa golongan besar manusia dari kebinasaan. Dan Aku jadikan umatnya sebagai umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk umat manusia, memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, mengesakan Tuhan, beriman, ikhlas, dan percaya dengan apa yang disampaikan oleh rasul-rasul”.


اَلَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الرَّسُوْلَ النَّبِيَّ الْاُمِّيَّ الَّذِيْ يَجِدُوْنَهُ مَكْتُوْبًا عِنْدَهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ. (الأعراف : ١٥٧)


“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka”. (QS. Al-A’raf : 157), hingga akhir ayat.


Sahabat-sahabat Rasulullah SAW mereka pernah bertanya, “Wahai Rasulullah ceritakanlah kepada kami tentang dirimu.” Rasulullah SAW menjawab:


دَعْوَةُ أَبِيْ إِبْرَاهِيْمَ وَبُشْرَى عِيْسَى وَرَأَتْ أُمِّيْ حِيْنَ  حَمَلَتْ بِيْ كَأَنَّهُ خَرَجَ مِنْهَا نُوْرٌ أَضَاءَتْ لَهُ قُصُوْرُ بَصْرَى مِنْ أَرْضِ الشَّامِ.


“Aku adalah doa ayahku Ibrahim, dan berita gembira yang disampaikan Isa. Ibuku ketika mengandungku melihat seakan-akan dari tubuhnya keluar nur (cahaya) yang dapat menerangi semua gedung kota Basrah yang ada di negeri Syam”.

 

KH Imam Syamsudin, Mustasyar PCNU Kabupaten Sukabumi