Kisah KH Abdul Karim Lirboyo Jadi Kuli Santri Barunya
NU Online · Selasa, 29 Maret 2016 | 04:26 WIB
Pada suatu hari (diperkirakan tahun 1920-an) datanglah seorang pemuda yang baru turun dari dokar di dekat area pondok. Dia membawa perbekalan lumayan banyak dari rumah, sehingga merasa berat untuk dibawanya sendiri. Kemudian pemuda calon santri baru itu melihat ada orang tua yang sedang berkebun. Versi lain mengatakan sedang memperbaiki pagar tembok. Melihat didekatnya ada orang tua, pemuda itu bertanya dengan bahasa Jawa halus:
"Pak, anu, kulo saumpomo nyuwun tulong kaleh njenengan, nopo nggeh purun? (Begini, Pak, seumpama saya minta tolong anda, apa berkenan)?” Tanya pemuda itu.
"Nggeh, nopo!" Jawab orang tua di kebun itu.
"Niki kulo mbeto kelopo, beto beras, kulo bade mondok teng kilen niko. Tulong jenengan beta'aken (Ini saya membawa kelapa dan beras. Saya mau mondok di barat itu. Tolong anda bawakan),” pinta pemuda tersebut.
"Oh, nggeh mas, kulo purun (Ya mas, saya mau),” balas orang tua.
Lalu dengan senang hati orang tua itu membantu membawakan bekal berupa beras dan kelapa milik pemuda tadi sampai di kompleks kamar santri. Para santri lama yang menyaksikan peristiwa itu terheran-heran: kiainya mengangkatkan barang milik calon santri barunya.
Akhirnya betapa malunya pemuda santri baru tersebut setelah mengetahui ternyata orang yang kemarin dia perintah membantu membawakan barang perbekalannya itulah yang menjadi imam shalat di masjid. Ternyata orang yang mengimami shalat tersebut adalah kiai pengasuh pesantren. Karena kesederhanaan penampilannya, sang pengasuh pesantren disangka orang desa atau petani kampung yang sedang bekerja.
Orang yang membantu mengangkatkan barang pemuda calon santri di atas adalah KH. Abdul Karim, pendiri dan pengasuh pertama Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur. (M Haromain)
Fragmen kisah ini disarikan dari arsip wawancara dengan para alumni Pesantren Lirboyo oleh tim penyusun buku Sejarah Pesantren Lirboyo (2010); Lebih khususnya narasumber cerita ini adalah KH Ahmadi, Ngadiluweh dan almaghfurlah KH. A. Idris Marzuki.
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Rais 'Aam PBNU Ajak Pengurus Mewarisi Dakwah Wali Songo yang Santun dan Menyejukkan
3
Kisah Levina, Jamaah Haji Termuda Pengganti Sang Ibunda yang Telah Berpulang
4
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
5
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
6
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
Terkini
Lihat Semua