Fragmen

Tahun 1930-an, Bagaimana Kiprah Muslimat NU di Surakarta?

Sen, 30 Maret 2020 | 22:00 WIB

Tahun 1930-an, Bagaimana Kiprah Muslimat NU di Surakarta?

Aktivitas Muslimat NU di Surakarta

Beberapa tahun sebelum diadakan pembahasan mengenai pembentukan organisasi Muslimat NU di tingkat nasional, di Kota Surakarta pada tahun 1932, kaum ibu di Kota Bengawan terlebih dahulu menginisiasi pembentukan organisasi kaum perempuan dengan nama Nahdlatul Muslimat Independen / NU Muslimat Surakarta yang diketuai Hj Mahmudah Mawardi. Mengenai kiprah Hj Mahmudah Mawardi ini telah penulis paparkan pada artikel-artikel sebelumnya.
 
 
 
NU Muslimat Surakarta, kemudian menjadi salah satu organisasi yang ikut membidani lahirnya Nahdlatoel Oelama bagian Moeslimaat (N.O.M) di tingkat nasional. Selain Surakarta, dari cabang dan kring lain yang telah berdiri organisasi kaum ibu ini antara lain: Muntilan, Sokaraja, Banyumas, Kroya, Wonosobo, Magelang, Purworejo, Bandung, dan beberapa daerah di Jawa Timur.

Keikutsertaan kaum Muslimat NU Surakarta, dimulai sejak Muktamar NU di Menes Banten pada tahun 1938. Pada Muktamar ke-13 tersebut, pembahasan Muslimat NU masuk ke dalam pasal “Tentang Bahagian Istri”, yang di antaranya diadakan pembahasan sebagai berikut: 1) Bahagian perempoean itoe haroes diseboet N.O. bag. Moeslimaat, 2) Bentoek dan sifatnja sama dengan bahagian A.N.O, ja’ni haroes mempoenjai pengoeroes sendiri dan peroeangan dipegang sendiri, 3) Toedjoean N.O.M: Mendidik kaoem Moeslimaat mendjadi isteri dan iboenja Oemat jang Oetama.

Setahun berikutnya, Muktamar NU di Magelang memaparkan kembali tujuan perlunya didirikan NU bagian Muslimat, seperti yang termaktub dalam buku Verslaag Kongres NO XIV hal 5-6, sebagai berikut: “... pokok jang ditoedjoe, ialah menggalang kaoem iboe kita mendjadi iboe jang tjakap mendidik dan mengasoeh poetra-poetrinja soepaja kelak mendjadi poetra dan poetri Islam jang sedjati, tjakap, dan pandai serta berguna poela bagi oemmat dan masjarakat Islam.”

Selaras dengan tujuan pendirian Muslimat NU tersebut, pada awal tahun 1930-an di Surakarta juga telah berdiri Nahdlatoel Moeslimat (NDM). Anggota NDM di Kauman ini merupakan para wanita muslimat yang tidak tergabung dalam Aisyiyah Muhammadiyah. NDM berpusat di Kauman, di rumah Hj. Sofyan Gontoran, dan memiliki cabang di Laweyan yang dipelopori Hj Busairi, Hj Zukriyah Asrori, dan Hj Muntasir. Kegiatan NDM antara lain mengadakan kursus masak dan ketrampilan wanita, kursus ilmu agama, dan mendirikan sekolah putri.

Kemudian, yang tidak kalah heroik dari kiprah organisasi Muslimat NU di Surakarta. Pada masa setelah kemerdekaan, tepatnya ketika terjadi Agresi Militer Belanda, sejumlah anggota Muslimat NU Surakarta ikut membantu dengan mendirikan Balai Kesehatan Hizbullah di Kampung Tegalsari Laweyan. Tugas mereka kala itu, berada di garis belakang untuk membuka dapur umum, mengumpulkan obat-obatan, lauk-pauk dan menjadi kurir. Atas jasa para ibu dari kaum Muslimat itu, pemerintah memberikan tanda penghargaan Bintang Gerilya.

Penulis: Ajie Najmuddin
Editor: Abdullah Alawi