Fragmen KONGRES IPNU DARI MASA KE MASA (2)

Pekalongan Jadi Tuan Rumah Muktamar IPNU Ke-II

Rab, 2 Desember 2015 | 07:02 WIB

Perlahan namun pasti, keberadaan IPNU mulai mendapat tempat di kalangan para pelajar NU. Terlebih, para pengurus pusat yang digawangi Tolchah Mansoer rajin turun ke daerah. Hasilnya, setelah dua tahun berdiri IPNU telah memiliki sekitar 100 cabang yang tersebar di berbagai daerah.

Anggotanya bahkan beberapa beberapa dari kalangan mahasiswa, termasuk di antaranya Tolchah Mansoer (UGM Yogyakarta), Mahbub Djunaedy (UI), dan M Sahal Makmun (Universitas Islam Jakarta).

Pun dengan kalangan pesantren, semisal di Tebuireng Jombang yang didirikan IPNU di sana. Meski demikian, untuk dapat merambah lebih jauh masuknya IPNU ke pesantren ternyata masih sedikit terkendala.

Sementara itu, di kalangan pelajar putri juga telah terbentuk Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Puteri yang sekretariat pusatnya berkedudukan di Surakarta Jawa Tengah.

Kongres II (Pekalongan, 1957)
Berbeda dengan penyelenggaraan kongres di masa sekarang yang diadakan bersamaan, saat itu Kongres IPNU dan IPPNU diadakan secara terpisah. Muktamar atau kongres IPNU Ke-II dihelat pada 1-5 Januari 1957 di Pekalongan. Sedangkan IPNU Puteri baru menyelenggarakan Kongres ke-II pada penghujung tahun 1957 di Yogyakarta.

Dengan jumlah peserta cabang yang lebih banyak dibanding kongres sebelumnya, Kongres Ke-II IPNU berhasil menghasilkan berbagai kebijakan strategis antara lain terkait konsolidasi organisasi dan pengembangan cabang-cabang ke luar Jawa dan pondok pesantren. Hal tersebut juga mencerminkan, cita-cita untuk memadukan potensi pelajar umum dan agama ini agar senantiasa dipertahankan.

Dalam kesempatan tersebut, para peserta muktamar juga memilih Tolchah Mansoer sebagai Ketua Umum PP IPNU periode 1957-1959. Ini artinya, untuk ketiga kalinya secara berturut-turut, Tolchah kembali dipercaya menjadi pucuk pimpinan pusat IPNU, yang kala itu berkedudukan di Yogyakarta. 

Lain dari pada itu, pada kongres kedua ini mulai muncul aspirasi untuk membentuk departemen perguruan tinggi, mengingat banyaknya aktivis IPNU yang sudah berstatus bukan lagi pelajar, melainkan sudah berpredikat sebagai mahasiswa.

(Ajie Najmuddin; dari berbagai sumber)
Sumber utama : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga  Ikatan Peladjar Nahdlatul ‘Ulama’, (Jogjakarta, PP IPNU), 1957.