Bila anda berkunjung ke Masjid Agung Surakarta, di sebelah selatan masjid yang berdekatan dengan Pasar Klewer, anda dapat menemukan sebuah bangunan yang kini digunakan untuk asrama siswi MAN 2 Surakarta. Bangunan tersebut dulunya merupakan lokasi Madrasah Mambaul Ulum Surakarta, yang didirikan Paku Buwono X pada 23 Juli 1905.
Di lokasi madrasah yang kemudian berganti menjadi bangunan sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) itulah, yang menjadi saksi pertemuan utusan IPNU dari lima daerah di tahun 1954. Dari sekolah itu pula, yang menjadi awal bertemunya para pendiri IPPNU.
Dipilihnya lokasi bangunan Mambaul Ulum bukan tanpa sebab. Lokasi tersebut selain terletak di Kota Surakarta yang cukup strategis untuk mempertemukan cabang dari Semarang, Yogyakarta, Kediri, Jombang, dan tentu Surakarta, juga menjadi simbol penghasil (sumber) intelektual muslim pribumi.
Hermanu Joebagio dalam bukunya Islam dan Kebangsaan di Keraton Surakarta (2017), memaparkan keberadaan vital Mambaul Ulum sebagai penghasil tokoh intelektual muslim yang memiliki pemikiran khas dalam pengembangan ilmu agama maupun mengarungi perpolitikan yang berwacana kebangsaan.
Beberapa nama alumni Mambaul Ulum yang kita kenal antara lain KH Masjkur, KH Saifuddin Zuhri, KH Imam Zarkasyi, dan lain sebagainya.
Dalam perjalanannya, di tahun 1950-an, madrasah ini kemudian beralih nama menjadi Sekolah Guru Agama (SGA), kemudian berganti lagi menjadi Pendidikan Guru Agama (PGA), sebelum akhirnya berganti menjadi MAN 2 Surakarta hingga kini.
Saat NU Online melakukan napak tilas di lokasi madrasah Mambaul Ulum, Rabu (14/2), ketika memasuki pintu timur, pengunjung akan disambut dengan sebuah papan, bertuliskan Madrasah Mambaul Ulum dalam aksara Arab. Beberapa tulisan kecil yang berada di atas dan bawahnya, menerangkan tahun pembangunan madrasah.
Konon, pintu masuk atau "kuncung" bangunan ini dulunya menghadap ke selatan. Namun, kemudian dirubah menghadap ke timur. Hal ini sebetulnya tidak dibenarkan, mengingat bangunan termasuk dalam perlindungan cagar budaya.
Memasuki bangunan, terdapat sebuah lorong yang memanjang. Di lorong tersebut terdapat ruang-ruang kelas, di mana pada sebuah ruangan, dijadikan sebagai museum Mambaul Ulum. Tentang keberadaan museum ini akan penulis paparkan lebih lanjut pada artikel lainnya.
Kembali kepada lokasi bangunan Mambaul Ulum sebagai lokasi Konferensi Panca Daerah IPNU. Di lokasi tersebut, 64 tahun silam, menjadi saksi bisu berlangsungnya konsolidasi organisasi, yang pada akhirnya menghasilkan beberapa rumusan penting mengenai asas dan tujuan organisasi IPNU.
Hingga sekarang, asas organisasi yakni ahlussunah wal jama'ah, serta tujuan organisasi, yaitu mengemban risalah Islamiyah, mendorong kualitas pendidikan, dan mengonsolidir pelajar.Ā
Tetap kokoh dipertahankan dan diperjuangkan para kadernya, sekokoh bangunan Mambaul Ulum yang tetap berdiri kuat meski telah melewati berbagai dinamika pergantian zaman. (Ajie Najmuddin)