Fragmen

Meneladani Nasionalisme KH Wahab Chasbullah

Rab, 18 Agustus 2021 | 14:15 WIB

Meneladani Nasionalisme KH Wahab Chasbullah

KH Abdul Wahab Chasbullah. (Foto: NU Online)

Mencintai tanah air adalah kewajiban bagi setiap warga negara. Siapapun yang bertanah air Indonesia memikul tanggung jawab untuk menjaga dan melindunginya dengan segenap jiwa dan raga. Inilah esensi sesungguhnya dari nasionalisme.


Spirit nasionalisme harus menancap kokoh dalam sanubari setiap warga bangsa, agar kedaulatan bangsa ini senantiasa terjaga. Jika tidak, niscaya hanya kehancuran bangsa-lah yang akan melanda. Oleh karenanya, memperkokoh nasionalisme adalah tugas dan kewajiban yang harus terus kita tunaikan sebagai sesama anak bangsa.


Upaya tersebut dapat kita lakukan melalui berbagai cara. Salah satunya adalah dengan belajar dan meneladani nasionalisme para tokoh bangsa. Dan satu di antara tokoh penting pejuang nasionalisme di Indonesia ialah KH Abdul Wahab Chasbullah (1888-1971).


KH Wahab Chasbullah adalah seorang ulama besar yang berperan penting bagi perjalanan bangsa Indonesia. Beliau merupakan pengasuh Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang, Jawa Timur. Bersama KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Chasbullah mendirikan jam'iyyah Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di dunia.


Lahir dan ditempa di dunia pesantren menjadikan Kiai Wahab sebagai figur yang tawadhu', berwawasan luas, serta memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Kiai Wahab adalah suri teladan terbaik dalam hal nasionalisme. Beliau dengan penuh kesungguhan mengabdikan dirinya kepada bangsa dan negara, semata-semata karena rasa cinta kepada tanah air.


Hal ini sebagaimana doa cinta tanah air Nabi Ibrahim dalam surat Al-Baqarah ayat 126:


“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” (QS. Al-Baqarah : 126)


Jika dicernati, banyak sekali bentuk perjuangan Kiai Wahab dalam memupuk nasionalisme. Di antara bentuk perjuangan tersebut yaitu:


Pertama, Kiai Wahab menjadi penuntun bagi rakyat Indonesia. KH Saifudin Zuhri dalam bukunya yang berjudul Mbah Wahab Chasbullah, Kiai Nasionalis Pendiri NU menyebutkan bahwa Kiai Wahab Hasbullah adalah orang yang begitu besar pengabdiannya dalam menuntun jalan dan menanamkan kesiapan mental dan batin rakyat Indonesia sebagai suatu bangsa yang mempunyai cita-cita besar. Beliau memilih iman, Islam dan ihsan sebagai landasan pembinaan karakter bangsa dalam berkhidmat kepada cita-cita nasional, yang di dalam ajaran Islam, hal ini dibenarkan dan dianjurkan. (KH Saifudin Zuhri, Mbah Wahab Hasbullah, Kiai Nasionalis Pendiri NU, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2010)


Kedua, Kiai Wahab aktif berjuang dalam medan perang. Beliau adalah pemimpin besar pasukan pejuang kemerdekaan Indonesia, yaitu pasukan Barisan Ulama Mujahiddin. Beliau bahu-membahu bersama para kiai dan seluruh pasukan lainnya untuk membendung serangan dari para penjajah.


Ketiga, Kiai Wahab menciptakan lagu cinta tanah air. Lagu tersebut diberi judul Syubbanul Wathan. Bait-bait syair dalam lagu ini berisi seruan untuk mencintai tanah air Indonesia. Salah satu bait terpenting ialah mencintai bangsa dan negara adalah sebagian dari iman. Ini merupakan aspek fundamental yang harus dipahami dan diamalkan. Melalui lagu ini, Kiai Wahab hendak menyebarkan spirit nasionalisme ke dalam diri seluruh warga negara, khususnya kepada warga NU.


Keempat, Kiai Wahab adalah penggagas silaturrahim nasional yang dikenal dengan istilah "Halal Bihalal". Pada tahun 1948, bangsa Indonesia diterpa badai perpecahan. Banyak pihak, terutama elit politik yang saling bersinggungan. Untuk mengatasi hal itu, Presiden Soekarno memanggil Kiai Wahab Chasbullah ke istana untuk diminta pendapatnya guna menyelesaikan persoalan politik ini.


Kemudian, Kiai Wahab memberikan solusi agar diadakan silaturrahim nasional dengan nama "Halal bi Halal". Hal ini dimaksudkan untuk melebur dosa-dosa dan hal-hal yang haram dari semua pihak yang tengah berselisih. Dan ternyata hajat ini berjalan sukses dan berhasil mendamaikan para pihak tersebut. Selanjutnya, acara "Halal bi Halal" ini terus dilakukan, bahkan hingga saat ini.


Demikianlah spirit nasionalisme yang luar biasa dari KH Wahab Chasbullah. Beliau mengajarkan betapa pentingnya semangat nasionalisme dalam diri setiap warga bangsa. Sebab, nasionalisme adalah tiang penyangga keberlangsungan bangsa dan negara, yang berisi ajaran, nilai, dan prinsip yang harus dihayati dan ditegakkan bersama. Semoga kita bisa meneladani semangat nasionalisme KH Wahab Chasbullah. Amin.


Habib Wakidatul Ihtiar, anggota Departemen Informasi dan Komunikasi PC GP Ansor Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur