Fragmen

Kronik Pergunu hingga Wasiat Gus Dur (2)

NU Online  ·  Sabtu, 31 Maret 2018 | 07:30 WIB

Setelah menggelar pertemuan di Denanyar Jombang, Tim Kebangkitan Pergunu Jatim terus mematangkan persiapannya. Berbagai pertemuan lanjutan kembali dilaksanakan. Mulai dari Pesantren Al-Halim Miftahul Ula (10 Februari 2002), Jalan Tengiri, No. 45, Probolinggo (24 Feb 2002), sampai pertemuan di PP. Darul Muttaqin, Sambong, Jombang (10 Maret 2002).

Dalam pertemuan di Sambong, berbagai persiapan sudah semakin matang. Bahkan, undangan untuk acara musyawarah Pergunu Jatim yang bakal ditempatkan di PP. Amanatul Ummah, Surabaya juga turut disebar pada saat itu. 

Tertanggal 21 Maret 2002, PWNU Jatim mengeluarkan Surat Nomor 1858/ PW/A.1/L/III/2002. Inti surat tersebut memberikan persetujuan dan dukungan untuk membangkitkan Pergunu di Jatim. Berkat surat dukungan tersebut, persiapan musyawarah di PP. Amanatul Ummah semakin lancar. 

Pada 30-31 Maret 2002, pertemuan di PP. Amanatul Ummah, Surabaya berhasil dihelat. Pada hari pertama, Tim Kebangkitan Pergunu ditetapkan sebagai pengurus PW Pergunu Jatim. Hari itu juga, direkomendasikan untuk membentuk tim formatur pembentukan Pimpinan Pusat Pergunu. Baru pada hari kedua, 31 Maret, dideklarasikan kesiapan Pengurus Wilayah Pergunu Jatim untuk mengawali pembentukan PP Pergunu.

Momentum deklarasi tersebut, akhirnya ditetapkan sebagai hari lahir Pergunu. Sebuah iktiyar yang tidak ringan. Karena butuh delapan tahun lamanya bagi Pergunu untuk benar-benar resmi menjadi badan otonom NU secara nasional pada Muktamar ke-32 NU (2010). 

Hari ini tanggal 31 Maret 2018, sudah 16 tahun lamanya deklarasi pendirian PP Pergunu. Setahap demi setahap, tujuan Pergunu untuk mewadahi dan menaungi para pendidik di kalangan Nahdlatul Ulama, semoga segera terwujud dengan baik. Jaya selalu, para guru!

(Sumber: Sekilas Perjalanan dan Kebangkitan Pergunu yang ditulis oleh Moh. Sairodji Shonhadji dari Pergunu Banyuwangi, 2005) (Ayung Notonegoro)