Opini

'Alhamdulillah', Ajakan Hadapi Pandemi dengan Berbagi

Sen, 19 April 2021 | 01:00 WIB

'Alhamdulillah', Ajakan Hadapi Pandemi dengan Berbagi

Potongan adegan dalam film 'Alhamdulillah' di kanal YouTube NU Online.

Setelah mengeluarkan film pendek menyentuh Doa Suto dan Opor Ayam yang mendapat sambutan positif dari masyarakat, kanal YouTube NU Online menayangkan film pendek terbaru berjudul Alhamdulillah

 

Menonton film Alhamdulillah serasa kita dihadapkan kepada realitas sehari-hari kehidupan di sekitar kita. Sudah setahun lebih sejak Indonesia melaporkan kasus pertama infeksi virus corona penyebab Covid-19 pada awal Maret 2020 lalu. Sejak saat itu, pandemi virus corona ini telah memporak-porandakan pelbagai sektor kehidupan kita.

 

Hampir seluruh sektor terdampak pandemi ini, tidak terkecuali sektor ekonomi. Survei BI baru-baru ini menyebutkan bahwa sebanyak 87,5 persen UMKM Indonesia terdampak pandemi Covid-19. Dari jumlah tersebut, sekitar sebanyak 93,2 persen di antaranya terdampak negatif di sisi penjualan.

 

Film Alhamdulillah menceritakan Mira, seorang ibu satu anak, harus berjuang lebih keras dalam menjajakan kue bikinannya. Efek pandemi Covid-19 benar-benar berdampak terhadap penurunan omzet dagangannya. Menjelang masuki bulan Ramadhan keadaan belum juga berubah lebih baik.

 

Mira lebih sering merugi, bahkan sampai kehabisan modal. Padahal, anaknya sudah ikut membantunya berjualan. Tetapi, keadaan ekonomi Mira dan keluarganya tidak juga berubah. Di saat seperti itulah, kesabaran, keteguhan, dan keimanan Mira benar-benar diuji.

 

Scene yang paling menyentuh dalam film ini adalah ketika Mira memberikan sebagian barang dagangannya kepada Bang Jun untuk bekal di ladang. Padahal, dagangannya sendiri masih banyak karena tidak laku. "Jangan lupa, walaupun kita dalam keadaan sulit kita tetap harus berbagi," kata Mira menasihati anaknya.

 

Dalam keadaan yang serba kekurangan, Mira tidak lupa bersedekah kepada orang lain. Scene ini mengingatkan saya pada kisah Aisyah ra. Pernah suatu hari ada orang miskin datang ke rumahnya untuk meminta sesuatu. Aisyah yang hanya punya sepotong roti kemudian memberikannya kepada orang miskin itu. Sore harinya, Allah langsung membalas sedekah Aisyah, bahkan lebih baik. Allah menggantinya dengan sepotong roti lengkap dengan daging kambing. 

 

Allah adalah sebaik-baik Dzat dalam menepati segala janji-janji-Nya. Dalam Al-Qur’an Allah sudah berjanji bahwa "… Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." (Q.S. Saba’: 39). Dalam kasus Mira, pertolongan Allah ini terwujud melalui perantara NU Care-LAZISNU. Melalui NU Care-LAZISNU, Mira mendapatkan bantuan yang cukup untuk modal berdagang. Alhamdulillah, Mira dan anaknya kembali bisa berdagang.

 

Potret keluarga Mira adalah potret kebanyakan keluarga Indonesia di masa pandemi ini. Pandemi kali ini memang mengubah segalanya. Perubahan ini sayangnya lebih banyak ke sisi negatifnya daripada positif. Salah satu hal yang bisa kita lakukan dalam masa pandemi ini adalah dengan saling berbagi. Sudah sejak zaman dahulu nenek moyang kita terkenal berbagi dengan prinsipnya yaitu gotong royong. Tanggung jawab sosial tidak melulu dibebankan di tangan negara.

 

Masyarakat kita sejak zaman dahulu juga sudah terbiasa saling berbagi. Khusus bagi kaum Muslim yang memiliki kemampuan lebih bisa meringankan beban saudaranya melalui instrumen zakat, infak, dan sedekah. Hal ini sejalan dengan prinsip yang ada di dalam Al-Qur’an Surat al-Hasyr ayat 7 yaitu "... supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu..."


Saat ini mudah sekali bagi kita untuk mengeluarkan zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Sudah banyak lembaga resmi yang menangani ZIS, salah satunya adalah NU Care-LAZISNU. Di bulan Ramadhan ini, NU Care-LAZISNU mengeluarkan program bertajuk Ramadhan Bangkit Bersama. Program ini menyasar pada sembilan objek utama yakni dhuafa, anak yatim, penyintas bencana, santri dan guru ngaji, takmir masjid dan mushala, pahlawan Covid-19, penggerak UMKM, petani dan nelayan, serta kalangan difabel. 

 

Mari kita saling berbagi. Mari kita saling menguatkan. Jangan menyerah di tengah wabah pandemi. Yakinlah bahwa kita tidak sendiri.

*

 

Subhan Abidin, mahasiswa Ilmu Agama Islam Pascasarjana UIN Walisongo Semarang, alumni Pesantren Al-Itqon, Patebon, Kendal. Saat ini mengabdi di Yayasan Al-Munawwir, Gringsing, Batang, Jawa Tengah.