Daerah

Unair Segera Cetak Dokter Tradisional

NU Online  ·  Senin, 6 Juni 2005 | 04:57 WIB

Surabaya, NU Online
Universitas Airlangga (Unair) Surabaya akan segera mencetak dokter tradisional melalui pembukaan program studi (prodi) baru mulai tahun ini yakni prodi D-3 (diploma-3) Pengobatan Tradisional (batra).
    
"Tapi, untuk tahun ini, prodi baru itu masih kami bukan dengan PMDK, karena persiapannya lama, namun insya-Allah tahun depan sudah dengan SPMB," kata rektor Unair Prof Dr Med H Puruhito SpB seperti dikutip ANTARA di Surabaya, Senin.
    
Usai upacara peletakan batu pertama untuk proyek pengembangan Lemlit (Lembaga Penelitian) di kampus C Unair Surabaya, ia menjelaskan pihaknya tertarik membuka prodi baru itu agar pengobat tradisional mendapat pengakuan secara akademis.
    
Selain itu, katanya, pengobat tradisional memang perlu diberi dasar pendidikan akademis, karena dokter selama ini hanya cukup belajar akupuntur selama enam bulan sudah menjadi dokter sekaligus akupunturis, sedangkan akupunturis tidak bisa seperti itu.
    
"Dengan demikian, kami tidak hanya mencetak dokter western (dokter modern/barat), tapi juga dokter tradisional, tapi hal itu baru akan terlaksana dua tahun ke depan setelah D-3 batra menjadi S-1 batra dengan gelar S.Kes Batra," katanya.
    
Menurut dia, prodi baru yang merupakan kerjasama Fakultas Farmasi (FF) dan Fakultas Kedokteran (FK) Unair itu sudah memiliki 60 dosen yang dididik secara khusus oleh tim dari Cina di kampus C Unair selama beberapa bulan. "Kami memang sudah mendapat pengakuan dari Akademi Penelitian Cina sebagai satu-satunya universitas di Indonesia yang bekerjasama dengan mereka di bidang kedokteran tradisional, bahkan kami juga sudah diakui Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI," katanya.
    
Ditanya tentang penambahan jumlah mahasiswa baru Unair melalui SPMB/PMDK 2005, ia menjelaskan mahasiswa baru Unair memang akan bertambah dengan adanya prodi baru (batra) dan juga penambahan minat studi pada beberapa fakultas.

"Yang jelas, penambahan jumlah itu tak mengganggu keseimbangan kampus, karena kami mempunyai target pada 2010 mencapai jumlah 25 ribu-30 ribu mahasiswa dari diplomasi hingga pasca sarjana. Sekarang sudah 21 ribu mahasiswa, bahkan kalau ditambah dengan yang akan diwisuda menjadi 24 ribu lebih," katanya.
    
Namun, katanya, pihaknya tidak akan menambah jumlah kelas baru, melainkan meningkatkan effisiensi penggunaan ruang kelas dan ruangan lain yang menganggur. "Yang kami tambah justru gedung untuk fasilitas penunjang seperti Lemlit," katanya. Kendati demikian, katanya, Unair tidak akan menaikkan SPP pada tahun 2005 yang berkisar Rp600 ribu - Rp750 ribu, kecuali mahasiswa baru perlu menambah biaya praktikum.Gedung tambahan untuk Lemlit yang direncanakan mencapai luas 1.414,8 meterpersegi dengan menghabiskan biaya Rp3,27 miliar. (atr/cih)

<>