Daerah

Umat Muslim Harus Moderat, Tak Perlu Berlebihan dalam Beragama

Ahad, 26 Januari 2020 | 05:30 WIB

Umat Muslim Harus Moderat, Tak Perlu Berlebihan dalam Beragama

Katib Syuriyah Majelis Wakil Cabang NU (MWCNU) Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Lampung KH Abdul Hamid ngisi Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi). (Foto:NU Online/Faizin)

Pringsewu, NU Online
Dalam QS Al-Baqarah:143 ditegaskan bahwa Allah menjadikan umat Islam sebagai umat yang moderat (pertengahan) dalam berbagai hal kehidupan. Sebagai agama yang turun setelah bangsa Yahudi dan Nasrani, Islam menjadi agama yang membawa keselamatan dan berada pada posisi tengah, tidak ke kanan dan tidak ke kiri.
 
Tidak seperti kaum Yahudi yang cenderung mementingkan materi duniawi. Juga tidak seperti Nasrani yang cenderung fokus pada ruhani. Umat Islam berada di tengah-tengah. Tetap fokus terhadap keakhiratan namun tidak melupakan keduniawian sebagai sarana beribadah pada Allah.
 
Hal ini dijelaskan Katib Syuriyah Majelis Wakil Cabang NU (MWCNU) Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Lampung KH Abdul Hamid saat memaparkan ayat-ayat Al-Qur'an terkait dengan prinsip beragama yang wasathiyah atau moderat di aula gedung NU Pringsewu, pada Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) Ahad (26/1).
 
Dari hal ini Pengasuh Pesantren Tahfidzul Qur'an Al Husna Pringsewu ini pun menegaskan bahwa Islam sendiri sudah wasathiyah (moderat). Yang perlu ditekankan adalah bagaimana umat Islam dan para dai atau mubalighnya berlaku moderat sesuai dengan prinsip dalam Islam ini.
 
"Islam itu sudah wasathiyah. Adapun ada Istilah Islam wasathiyah, ini bukan paham atau aliran baru, namun sebagai taukid (penegasan) karena saat ini banyak dai dan umat Islam yang beragama dengan berlebih-lebihan, tidak moderat," tegasnya.
 
Prinsip hidup moderat lanjutnya juga sangat penting dalam menyikapi perbedaan-perbedaan yang sudah menjadi sunnatullah (ketentuan Allah). Jika ada perbedaan, tegasnya, jangan dilihat perbedaannya, namun harus dilihat persamaannya. Hanya sikap wasathiyah lah yang mampu menyikapi hal ini.
 
Namun ia mengingatkan bahwa bersikap moderat ini juga tidak dengan tanpa ujian dan merupakan sikap yang sulit untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Semua kebaikan akan mendapatkan uji coba atas kebaikan tersebut.
 
"Sikap adil akan diuji atas keadilannya. Sikap sabar akan diuji kesabarannya. Begitu juga sikap moderat juga akan diuji dengan kemoderatannya," terangnya.
 
Ia pun mengajak umat Islam khususnya para dai untuk terus menggaungkan konsep beragama yang wasathiyah walau harus menghadapi ujian dan cobaan dari kelompok-kelompok yang ekstrem kiri maupun ekstrem kanan. Konsep moderasi beragama harus menjadi mayoritas.
 
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin