Daerah

Ujaran Kebencian, Tantangan Warga NU Terkini

Sen, 24 September 2018 | 10:45 WIB

Kota Banjar, NU Online
Warga nahdliyyin dewasa  ini mempunyai tantangan yang cukup berat, khususnya   terkait dengan melubernya ujaran kebencian. Sebab, amaliah warga NU tak jarang menjadi sasaran bidik ujaran kebencian. Hal tersebut disampaikan oleh Ahmad Muntaha Al-Bari Musta'in, saat menjadi narasumber  dalam Halaqoh Kebangsaan, dengan membedah buku Fikih Kebangsaan, Merajut Kebersamaan di Tengah Kebhinekaan di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar,  Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat, Ahad (23/9).

"Ujaran kebencian dan tindakan yang tidak bertanggung jawab menjadi tantangan terkini," ungkapnya di depan ribuan hadirin  dalam acara tersebut,

Editor buku tersebut berharap agar terbitnya buku yang disusun oleh Tim Bahtsul Masail Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal) itu dapat menjadi resep dan  jalan keluar dari permasalahan kehidupan berbangsa dan benegara.

"Buku Fiqih Kebangsaan ini hadir untuk menjawab sebagian permasalahan dalam berkehidupan Berbangsa," lanjutnya.

Di bagian lain ia menjelaskan bahwa salah satu gerakan yang melandasi perlawanan terhadap penjajah guna mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah Resolusi Jihad, yang digemakan oleh Hadratusyaikh Hasyim Asy'ari.
Namun, seiring berjalannya  muncul anggapan dari kelompok tertentu bahwa Indonesia disebut  toghut. Padahal sudah menjadi konsensus  bersama bahwa Indonesia bukan negara Islam tapi negara yang warganya beragama.

“Dasar negara kita sudah sesuai dengan Islam jika dibedah secara mendalam. Sehingga tidak perlu lagi repot dan berjuang untuk mendirikan negara baru,” tegasnya. (Wahyu Akanam/Aryudi AR).