Solo, NU Online
Di kalangan masyarakat sekitar pabrik gula (PG) Tasikmadu dikenal tradisi temu temanten tebu atau perayaan buka giling. Tradisi tersebut mungkin juga berlaku hampir di seluruh pabrik gula yang ada di Nusantara. Temu temanten tebu ini meupakan perlambang syukur kepada Allah SWT.<>
“Acara ini juga dimaknai sebagai harapan, agar di masa penggilingan ini, baik pabrik maupun petani mendapatkan hasil produksi tebu yang melimpah,“ tutur Adinistratur PG Tasikmadu, Agus Hananto.
Agus menjelaskan, tradisi ini telah berlangsung sejak zaman kolonial Belanda pada 1871 silam. Pada masanya, tradisi pesta dalam ritual tebu temanten dianggap sebagai pencapaian kejayaan ekonomi. Sebuah perlambang akan pesta besar yang digelar hanya menjelang masa menjelang penggilingan tebu.
“Dulu, tradisi ini digelar Belanda untuk membuat penduduk lokal tertarik. Mereka akan giat bekerja dalam memproduksi gula,” lanjutnya.
Pada acara Selamatan Giling, Jumat (19/4) kemarin, diawali dengan pemberangkatan tebu temanten, yakni Bagus Madu Pastika dan Roro Palastri, dari rumah dinas kepala tanaman menuju Besaran. Selanjutnya tebu temanten diiring oleh puluhan karyawan dan ribuan masyarakart setempat menuju stasiun gilingan. Acara dinyatakan selesai setelah pasangan tebu dimasukkan bersama-sama dengan tebu pengiring di stasiun gilingan.
Redaktur   : A. Khoirul Anam
Kontributor: Ajie Najmuddin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
2
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
3
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
4
Gus Yahya Dorong Kiai Muda dan Alumni Pesantren Aktif di Organisasi NU
5
Khutbah Jumat: Menolong Sesama di Tengah Bencana
6
MK Larang Wamen Rangkap Jabatan di BUMN, Perusahaan Swasta, dan Organisasi yang Dibiayai Negara
Terkini
Lihat Semua