Buleleng, NU Online
Ngejot, sebuah tradisi mengantar makanan ke tetangga, merupakan kebiasaan yang masih dipertahankan masyarakat Bali hingga sekarang. Tradisi ini dilakukan setiap menjelang perayaan Galungan bagi umat Hindu, dan Idul Fitri bagi umat Islam.
Seperti yang dilakukan oleh Anis Choirunnisa (26), warga Desa Pejarakan Buleleng Bali ini, selain sibuk mempersiapkan keperluan Idul Fitri di rumahnya, Kamis (14/6) Ia tak lupa mengantar beberapa bingkisan makanan ke tetangganya yang beragama Hindu.
Kebiasaan Ngejot setiap menjelang lebaran ini, bagi Anis bukan dilakukan kali ini saja setelah ia menikah, namun biasa ia lakukan sejak kecil, karena kerap disuruh mengantar oleh orang tuanya.
"Saya senang aja, apalagi pas mau lebaran kayak gini, tetangga saya yang Hindu juga biar senang walau hanya dengan bingkisan seadanya," terangnya.
Isi bingkisan yang diberikan Anis sama seperti tahun tahun sebelumnya. Yakni berupa jajanan khas lebaran, dan beberapa buah buahan. Secara ekonomis, bingkisan ejotan (Sebutan makanan Ngejot) mungkin tak seberapa. Akan tetapi, makna simboliknya sangat besar.
Dari tradisi ini bisa memupuk modal sosial antar tetangga dan kerabat meski berbeda agama. Begitu juga, ketika Hari Raya Galungan, tetangga rumah Anis yang beragama Hindu memberikan bingkisan makanan berupa jajanan khas galungan dan aneka buah.
"Mereka datang ke rumah sambil bawa ejotan, trus kita balas dengan ucapan selamat hari raya Galungan, indah kan?," Semangatnya menjelaskan.
Seingat Anis, dengan tradisi yang saling menghormati tersebut, di Desa nya tidak pernah ada konflik dengan tetangganya yang beragama Hindu.
"Bahkan di antara kita, saling mencoba menjaga perasaan antar tetangga yang beda agama, semisal saat perayaan Nyepi," papar Anis.
Anis pun bersyukur hidup di daerah yang tingkat toleransinya sangat tinggi. "Saya bersyukur besar dengan didikan lingkungan yang harmonis, yang mencintai kedamaian, bagaimanapun tradisi seperti Ngejot ini akan saya lakukan terus," tegasnya. (Abraham Iboy/Muiz)