Daerah

Tradisi Menulis di Pesantren Harus Terus Dijaga

NU Online  ·  Jumat, 26 Juli 2013 | 05:59 WIB

Cirebon, NU Online
Pesantren, sudah sejak lama dikenal selain sebagai pusat pendidikan Islam asli Indonesia, juga tempat para penulis produktif. Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai tempat mengaji, tetapi juga tempat lahirnya para penulis produktif. Aktivitas menulis di pesantren  ini tentu saja di pelopori kiai dan nyai, sebagai pimpinan pesantren. Sehingga kemudian dapat diteladani oleh para santri-santrinya.
<>
Catatan sejarah tentang pesantren sebagai tempat lahirnya para penulis produktif, kian hari nampaknya kian memudar. Tradisi menulis yang sudah sejak lama diilhami pesantren, perlahan mulai jarang terlihat produktivitasnya. 

Kenyataan tersebut, tentu saja membuat khawatir para dzurriyah pesantren. Tetapi masih tetap ada diantara mereka yang aktif menulis dan menjaga tradisi ini. Di pesantren Raudlatut Tholibin, Babakan, Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat salah satu diantara khadim ma’had-nya begitu produktif menulis melahirkan karya. 

Ia adalah Mamang M Haerudin, yang biasa disapa Kang Mamang. Pria yang juga tercatat sebagai Ketua Lembaga Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Al-Biruni Cirebon ini, sejak September 2012, berhasil menerbitkan bukunya yang pertama dengan judul “Akhlak Islam untuk Muslimah” yang diterbitkan oleh penerbit Quanta, Kompas-Gramedia, Jakarta. 

Saat ditanya bagaimana proses terbitnya buku tersebut, pihaknya menjawab dengan santun dan penuh semangat. 

“Ya, awal saya menulis memang karena tuntutan tugas membuat makalah saat dulu studi S1 di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Kebiasaan menulis makalah itu berbuntut pada kebiasaan menulis esai. Dan alhamdulillah, termasuk terbitnya buku ini, adalah hasil dari kumpulan tulisan-tulisan saya, yang saya tulis di berbagai tempat, terutama di facebook”, jelasnya.

Sampai saat ini, ia sudah berhasil menerbitkan dua buku. “Cermin Hati” (2013) adalah buku keduanya. Dan hanya dalam tempo yang cukup singkat, dua buku terbarunya kini sedang dalam proses terbit kembali, satu buku akan diterbitkan di penerbit Quanta, Kompas-Gramedia, Jakarta dan satunya lagi di penerbit Noura Books, Mizan, Bandung. 

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah. Saya yakin, ini tidak lain adalah barokah dari para Kiai di pesantren Babakan-Ciwaringin. Saya hanya ingin meneladani para kiai dan nyai yang dahulunya mereka pun begitu produktif. Tulisan saya ini sebetulnya sederhana, tentang pengalaman dan pengetahuan ketika mengaji,” ungkapnya.

Sebagai informasi, pesantren Babakan-Ciwaringin memang terkenal dengan banyak karya produktif para kiai dan nyai-nya. Beberapa di antaranya, adalah al-Maghfurlah KH Muhammad Sanusi, KH Muhammad, KH Amin Halim, dan kini banyak diteruskan oleh beberapa kiai dan nyai era kini, sebut saja KH Asymawi, KH Muhammad Syafi’i Atsmari, dan Nyai Hj Masriyah Amva. 

“Makanya, saya ingin mengajak santri supaya rutin membaca, membaca kitab kuning maupun kitab putih. Baru setelah itu menulis. Karenanya, membaca dan menulis ibarat dua mata sisi uang yang tak dapat dipisahkan. Terakhir, mohon do’a ya semoga proses terbit dua buku saya yang terbaru ini, lancar tanpa ada kendala apapun,” tuturnya, menutup perbincangan. 


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Qomarudin