Daerah

Tradisi Jelang Ramadhan, Muslim Melayu Bersihkan Kuburan, Sembelih Kerbau, dan Imtihan 

Kam, 7 Maret 2024 | 07:04 WIB

Tradisi Jelang Ramadhan, Muslim Melayu Bersihkan Kuburan, Sembelih Kerbau, dan Imtihan 

Salah satu tradisi Muslim Melayu di Jambi adalah imtihan atau ujian anak-anak madrasah menjelang Ramdhan (Foto: Syarif Abdurrahman/NU Online)

Bungo, NU Online 
Masyarakat Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi masih mempertahankan tradisi yang turun-temurun saat menjelang Ramadhan, yaitu membersihkan kuburan, menyembelih kerbau, dan imtihan (ujian) murid madrasah ibtidaiyah.


Menurut warga Dusun Karak Apung, Kecamatan Batin III Ulu, Abdurrahman, tradisi tersebut rutin dilakukan secara turun-temurun dari nenek moyang terdahulu.


"Tradisi jelang Ramadhan yaitu membersihkan kuburan massal oleh pemuda, kemudian menyembelih kerbau oleh bapak-bapak dan imtihan atau ujian terbuka di masjid yang diikuti oleh anak-anak," jelasnya, Rabu (6/3/2024).


Ia menambahkan, masyarakat dusun melakukan iuran bersama-sama untuk membeli seekor kerbau. Daging kerbau tersebut diberikan ke masyarakat yang ikut iuran dan sebagian lainnya dimasak untuk konsumsi acara imtihan.


Konsep imtihan dilakukan secara terbuka di masjid dengan penguji para guru agama dari dusun-dusun tetangga. Guru-guru tersebut duduk membentuk lingkaran, kemudian murid-murid datang ke depannya untuk diuji hafalannya.


"Setiap memasuki bulan Sya'ban, murid-murid madrasah ibtidaiyah mulai mempersiapkan imtihan. Setiap malam, mereka menemui gurunya. Di sini, belajar di madrasahnya sore hari, " imbuhnya.


Dikatakan, proses imtihan menjadi acara seluruh warga masyarakat, bahkan seperti pesta bersama-sama. Panitia imtihan-nya melibatkan semua elemen-elemen masyarakat, tua-muda, dan pria-wanita.


Para penguji dalam imtihan disambut dengan istimewa, disediakan tempat duduk berupa kasur-kasur yang dipinjamkan oleh masyarakat. Setelah imtihan berlangsung, semua disuguhi makan bersama-sama.


"Materi yang diuji yaitu berupa pelajaran fikih, tauhid, nahwu, hadis dan lain sebagainya. Peserta imtihan memakai baju bagus, orang tuanya menjadi panitia," kata Abdurrahman.


Hal serupa disampaikan oleh Ansor, warga Dusun Lubuk Beringin, acara imtihan dilakukan secara bergilir dari satu dusun ke dusun yang lainnya setelah Nisfu Sya'ban. Panitia imtihan masing-masing dusun mengirimkan undangan imtihan ke guru-guru calon penguji.


"Kegiatan imtihan ini menjadi ciri khas masyarakat IsIam di bumi Melayu sebelum libur madrasah," ungkapnya.


Ia memperkirakan, tradisi imtihan tersebut dibawa guru-guru agama yang sebelumnya belajar di Jambi, khususnya Jambi bagian sembarang. Para guru di Jambi Semberang tersebut belajar di Kota Suci Makkah dan Madrasah Al-Shaulatiyah.


Masyarakat Melayu umumnya Muslim. Mereka mempelajari serta mengamalkan ajaran IsIam sejak belia. Ngaji Al-Qur'an dilakukan di surau-surau dan di rumah pribadi guru. Selain itu, mereka belajar hafalan bacaan salat, surat pendek, doa dan lain sebagainya.


"Dalam tradisi IsIam Melayu, sejak kecil anak-anak sudah diajarkan ngaji. Sore hari biasanya belajar di madrasah atau biasa disebut sekolah Arab. Setelah maghrib dan isya, ngaji di surau atau rumah pribadi guru," tandasnya.