Daerah

Tasamuh Tak Boleh Mencederai Aqidah

NU Online  Ā·  Sabtu, 21 April 2018 | 19:00 WIB

Jember, NU Online
Salah satu prinsip Nahdlatul Ulama (NU) yang cukup populer dalam berbangsa dan bernegara adalah tasamuh (toleransi).Ā 

Sejak awal NU memang dikenal mempunyai tolerasi yang tinggi terhadap sesama umat beragama. Bahkan kehidupan beragama di IndonesiaĀ  yang sangat kondusif diyakini karena buah dari tasamuh yang dikembangkan NU.Ā 

ā€œNamun jangan semata-mata karena toleransi lalu aqidah tercederai,ā€ tandas Ketua PCNU Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin saat menjadiĀ  nara sumber dalam Seminar & Konferensi ISNU Cabang Jember di Hotel Bintang Mulia, Kamis (19/4).

Menurut Gus A’ab, sapaan akrabnya, tasamuhĀ  harus diterapkan secaraĀ  proporsional dan terukur. TasamuhĀ  adalah memberi ruang kapada orang lain untuk melaksanakan keyakinannya tanpa harus terlibat untuk membenarkan keyakinan mereka.Ā Ā 

Dikatakan, umat Islam wajib meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang paling benar. Namun keyakinan tersebut tidak boleh menjadi penghalang untuk memberi ruangĀ  bagi non muslim untuk meyakini agama merekaĀ  yang menurut mereka paling benar, bukan menurut umat Islam.Ā 

ā€œItu tasamuh dan itu sudah cukup, artinya, jangan sampai kita sebagai muslim ikut membenarkan keyakinan mereka. KitaĀ  cukup memberi ruang bagi mereka untuk meyakini agamanya. Tapi kita tidak boleh membenarkan keyakinan mereka. Kita harus bisa membedakan antara toleransi dan melegitimasi kebenaran,ā€ urainya.

Dalam lingkup yang lebih kecil, Gus A’ab mencontohkan dalam organisasi. Sebagai orangĀ  sunni, warga nahdliyin harusĀ  yakin bahwa Ahlussunah wal Jama’ah adalahĀ  satu-satunya ajaran yang paling benar dalam menjalankanĀ  syariat Islam. Tetapi keyakinanĀ  tersebut tidak boleh menutup pintu bagi kelompok untuk menyakini ajarannya.Ā 

ā€œBahasanya begini, sebagai orang NU, saya yakin Ahlussunnah wal Jama’ah yang paling benar, tapi saya harus menghargai saudara-saudara kita yangĀ  salafi, syiah dan sebagainya untuk meyakiniĀ  ajarannya yang paling benar menurut mereka, bukan menurut saya. Sehingga saya tak perlu ikut membenarkan keyakinan mereka,ā€ ungkapnya. (Aryudi Abdul Razaq/Muiz).