Jember, NU Online
Salah satu prinsip Nahdlatul Ulama (NU) yang cukup populer dalam berbangsa dan bernegara adalah tasamuh (toleransi).Ā
Sejak awal NU memang dikenal mempunyai tolerasi yang tinggi terhadap sesama umat beragama. Bahkan kehidupan beragama di IndonesiaĀ yang sangat kondusif diyakini karena buah dari tasamuh yang dikembangkan NU.Ā
āNamun jangan semata-mata karena toleransi lalu aqidah tercederai,ā tandas Ketua PCNU Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin saat menjadiĀ nara sumber dalam Seminar & Konferensi ISNU Cabang Jember di Hotel Bintang Mulia, Kamis (19/4).
Menurut Gus Aāab, sapaan akrabnya, tasamuhĀ harus diterapkan secaraĀ proporsional dan terukur. TasamuhĀ adalah memberi ruang kapada orang lain untuk melaksanakan keyakinannya tanpa harus terlibat untuk membenarkan keyakinan mereka.Ā Ā
Dikatakan, umat Islam wajib meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang paling benar. Namun keyakinan tersebut tidak boleh menjadi penghalang untuk memberi ruangĀ bagi non muslim untuk meyakini agama merekaĀ yang menurut mereka paling benar, bukan menurut umat Islam.Ā
āItu tasamuh dan itu sudah cukup, artinya, jangan sampai kita sebagai muslim ikut membenarkan keyakinan mereka. KitaĀ cukup memberi ruang bagi mereka untuk meyakini agamanya. Tapi kita tidak boleh membenarkan keyakinan mereka. Kita harus bisa membedakan antara toleransi dan melegitimasi kebenaran,ā urainya.
Dalam lingkup yang lebih kecil, Gus Aāab mencontohkan dalam organisasi. Sebagai orangĀ sunni, warga nahdliyin harusĀ yakin bahwa Ahlussunah wal Jamaāah adalahĀ satu-satunya ajaran yang paling benar dalam menjalankanĀ syariat Islam. Tetapi keyakinanĀ tersebut tidak boleh menutup pintu bagi kelompok untuk menyakini ajarannya.Ā
āBahasanya begini, sebagai orang NU, saya yakin Ahlussunnah wal Jamaāah yang paling benar, tapi saya harus menghargai saudara-saudara kita yangĀ salafi, syiah dan sebagainya untuk meyakiniĀ ajarannya yang paling benar menurut mereka, bukan menurut saya. Sehingga saya tak perlu ikut membenarkan keyakinan mereka,ā ungkapnya. (Aryudi Abdul Razaq/Muiz).