Daerah

Tangkal Radikalisme, Pesantren Asnawiyah Gelar Sholawat Perdamaian

NU Online  ·  Selasa, 2 Februari 2016 | 10:01 WIB

Demak, NU Online
Sekelompok orang yang kerap melakukan aksi kekerasan dan teror yang mengatasnamakan agama Islam selama ini membuat sebagian khalayak menganggap pesantren sebagai pusat kegiatan dan pengaderan kelompok tersebut dikarenakan kelompok itu selalu membawa nama agama dan pesantren. 

Hal inilah membuat pemangku Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an Asnawiyyah (PPTQ) Pilang Wetan, Kecamatan Kebon Agung, Demak, Jawa Tengah merasa terpanggil untuk menangkal anggapan yang mengaitkan pondok pesantren dengan ektremisme tersebut dengan menyelenggarakan sholawat dan pusisi perdamaian di pesantren, Ahad (31/01/2016) malam.

Pengasuh pesantren KH Muchozin dalam sambutan menguraikan hakikat pesantren termasuk sistem pembelajarannya dia menganggap ajaran Islam disampaikan secara transformatif termasuk bersolawat dan pembacaan puisi untuk menyampaikan pesan perdamaian. 

“Bukan melalui doktrin, termasuk pembuatan alat peledak maupun senjata, dipesantren adanya ya ngaji, bersholawat manaqib seperti ini, tidak ada pelajaran buat senjata, merakit bom atau sejenisnya, orang yang menuduh itu berarti perlu belajar dulu di pesantren biar tahu isinya pesantren,” kata Kiai Muchozin.

Sementara itu ketua yayasan PPTQ Kiai Cholilullah diacara yang sama mengatakan, majelis sholawat dianggapnya wahana yang tepat agar umat mengingat cara Rasulullah dalam berdakwah dengan metode rahmatan lil alamin. Dia pun mencontohkan saat Rasulullah SAW diejek orang yahudi yang buta namun dibalas-Nya dengan mengirim dan menyuapinya makanan tiap pagi.

“Kalau kita mengingat cara Nabi Muhammad SAW saat menegakkan Islam dengan penuh kasih sayang seperti itu dan tidak pernah pakai kekerasan walau disakiti dan diejek, kita harus menganutnya,” tutur Kiai Cholil.

Kiai Cholilullah yang juga Ketua PAC GP Ansor Kebonagung menambahkan untuk merealisasikan gerakan rahmatan lil alamin lewat majlis sholawat dan puisi perdamaian tersebut dengan melibatkan Alumni yang sudah terjun di masyarakat.

“Alumni sengaja kita libatkan agar pesan ini bisa sampai ke masyarakat, karena mereka sudah terbiasa hidup di tengah masyarakat,” jelas Gus Cholil.

Majelis sholawat perdamaian tersebut diikuti 200 peserta yang terdiri dari pengurus yayasan, pengasuh, santri dan alumni selain Sholawatan simtudh dhuror juga ada semaan al-Qur'an 30 juz, manaqib dan pembacaan puisi perdamaian. (A Shidiq Sugiarto/Fathoni)