STAIMAFA Selenggarakan Sekolah Pasar Modal Syariah
NU Online · Ahad, 1 Februari 2015 | 04:02 WIB
Pati, NU Online
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Mathaliul Falah, menyelenggarakan 'Sekolah Pasar Modal Syariah' di Auditorium STAIMAFA, Sabtu (311). Kegiatan ini didorong oleh kondisi perkembangan lembaga keuangan syariah saat ini yang dinilai belum diikuti dengan pemahaman dan keahlian yang mumpuni.
<>
Kegiatan yang digelar bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tersebut menghadirkan narasumber Fanny Rifqi el-Fuad dari BEI dan Prof. Dr. Muhammad (pakar ekonomi syariah). Forum ini menjadi upaya dari STAIMAFA untuk menyiapkan generasi akademis sekaligus praktisi yang memahami ekonomi Syariah tidak hanya konsep, namun juga aplikasi.
"Kami ingin, agar ekonomi syariah tidak sekadar menjadi wacana, namun juga berdampak luas sebagai gerakan pemberdayaan. Selama ini, pertumbuhan lembaga keuangan syariah di kawasan Pati dan sekitarnya sangat menggembirakan. Maka dari itu, perlu ada peningkatan soft skill dan wawasan yang komprehensif untuk mengedukasi masyarakat," ungkap Wakil Ketua Bidang Akademik STAIMAFA A Dimyati.
Pembicara dari Bursa Efek Indonesia, Fanny Rifqi el-Fuad mengungkapkan bahwa sudah saatnya masyarakat mengetahui secara mendasar tentang ekonomi syariah. "Pertumbuhan ekonomi di negeri sudah sangat baik. Pasar saham Indonesia menjadi nomor tiga di Asia, di bawah China dan India. Akan tetapi, belum banyak warga Indonesia yang menjadi pemain," terang Fanny.
Dalam hal ini, Fanny mengajak kepada akademisi, praktisi ekonomi-perbankan dan masyarakat luas untuk memahami secara lebih mendalam. "Sudah saatnya kita menjadi pemain dalam pasar saham Indonesia. Ada banyak perusahaan dengan tingkat pendapatan dan laba yang tinggi, akan tetapi sebagian besar sahamnya dikuasai orang asing. Inilah yang menjadi tantangan bagi kita bersama," ungkap Fanny.
Pakar ekonomi Syariah, Prof. Dr. Muhammad menegaskan bahwa perlu pemahaman yang benar dari masyarakat agar dapat mengapresiasi ekonomi syariah. Menurutnya, selama ini pola dakwah terhadap masyarakat masih ada yang kurang. Yakni, bagaimana Islam itu sebenarnya sangat mendorong umat muslim agar menjadi kaya.
“Bukan mengejar untung, akan tetapi mengejar jumlah wakaf, shadaqah, dan zakat kita. Inilah yang sebenarnya diajarkan oleh Islam. Jika jumlah sedekah kita naik, secara otomatis maka pendapatan usaha kita akan naik," ujar Prof. Muhammad.
Di sisi lain, Prof. Dr. Muhammad menganggap bahwa ekonomi syariah mengajak umat muslim untuk dapat mandiri dan berdaya. "Warga muslim kita harus mampu mengelola ekonomi secara integratif, yakni bagaimana mengelola uang zakat, sedekah dan infak itu dengan tepat dan strategis. Perlu ada nilai tambah bagi uang di sektor sedekah, misalnya di masjid-masjid. Saya mendorong agar warga muslim, dengan komunitas ormas maupun masjid dapat mengelola keuangannya secara maksimal," demikian pendapat Prof. Muhammad.
Acara 'Sekolah Pasar Modal' ini juga dibarengi dengan Pelantikan Pengurus Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) cabang Pati, yang diketuai oleh Mumu Mubarrok, M.EI. Pada agenda ke depan, MES dan STAIMAFA berencana menyelenggarakan 'sekolah pasar Modal' tingkat lanjutan. (Munawir Aziz/Mahbib)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua