SMP Berbasis Pesantren ini Beri Warna Baru Dunia Pendidikan di Bintan
NU Online · Senin, 23 Mei 2016 | 16:01 WIB
Bupati Bintan Apri Sujadi menghadiri haflah akhirus sanah atau perayaan pascaujian tahun pertama SMP Pesantren NU Mamba'us Sholihin di Kampung Bugis, Tanjunguban Utara, Bintan Utara, Ahad (22/5). Menurutnya, keberadaan SMP berbasis pesantren memberikan warna baru dalam dunia pendidikan di Bintan.
“Di samping membentuk sumber daya yang berpengetahuan, cerdas, namun juga berkarakter agama Islam. Pesantren yang kurikulumnya menyatukan Kementerian Pendidikan dan pesantren ini terbukti menangkal kenakalan remaja dan membentuk SDM berpengetahuan dan berakhlak mulia," kata Apri.
Kemampuan berbahasa Arab dan berbahasa Inggris tidak diragukan lagi dikarenakan kedua bahasa itu merupakan bahasa wajib pergaulan yang diterapkan 24 jam di dalam lingkungan pesantren dan di sekolah, yang lokasinya di dalam komplek pesantren.
"Masa depan anak merupakan tanggung jawab orang tua, dunia pendidikan dan pemerintah. Karenanya pemerintah akan membantu dalam penyediaan sarana prasarana sesuai kemampuan daerah," ujarnya.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemedikbud) Gatot Subroto menekankan pentingnya harmoni penyelenggara pendidikan dengan masyarakat.
"SMP berbasis pesantren ini merupakan wujud dukungan masyarakat terhadap dunia pendidikan. Artinya pesantren ini merupakan pendidikan yang dipelopori masyarakat," ungkap Gatot.
Gerakan peduli pendidikan oleh masyarakat melalui dunia pesantren ini harus digalakkan karena merupakan sinergi dan harmoni antara masyarakat, pemerintah, dan penyelenggara pendidikan.
"Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Pemda) mengamanahkan Pemda memberikan ijin operasional dan pengawasan kurikulum. Karenanya pihak pesantren hendaklah komunikasi aktif dengan Dinas Pendidikan Bintan, begitu juga sebaliknya," kata Gatot.
"Pendidikan berkarakter agama Islam adalah keniscayaan. Pondasi Islam akan membuat anak Indonesia gigih berusaha dan toleran dalam beragama," tuturnya.
Pengasuh Pesantren Mamba'us Sholihin Masbuhin Faqih mengatakan, 22 murid saat ini 24 jam tinggal di pesantren. Selain menguasai ilmu agama, murid-muridnya harus menguasai ilmu pengetahuan alam (IPA), matematika, serta bahasa Arab dan Inggris.
"Lulus dari pesantren harus mampu bersaing dengan lulusan sekolah umum dan memenangkan persaingan tanpa meninggalkan kemampuan dalam berdakwah dan menjadi panutan di tengah-tengah masyarakat," pesannya.
Haflah ini selain dihadiri pimpinan pengurus pesantren Mamba'us Sholihin Bintan Najib dan Ahmad Mohan, juga beberapa anggotaa DPRD Bintan seperti Muttaqin, Raja Miskal, Suardi, Andreas Salim, serta Umar Rangkuti. Tokoh masyarakat Indra Setiawan, Ahmad Umari, serta puluhan orang tua/wali murid tampak hadir.
Pesantren ini tersebar di enam provinsi selain Kepri, antara lain di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Tengah, Ambon. (Muh Rofik/Alhafiz K)
Terpopuler
1
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
2
Mendesak! Orientasi Akhlak Jalan Raya di Pesantren
3
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
4
LD PBNU Ungkap Fungsi Masjid dalam Membina Umat yang Ramah Lingkungan
5
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
6
Orang-Orang yang Terhormat, Novel Sastrawan NU yang Dianggap Berbahaya Rezim Soeharto
Terkini
Lihat Semua