Daerah

Setiap Guru Memiliki Ciri Khas, Pilih yang Lebih Mantap

NU Online  ·  Rabu, 26 Juni 2019 | 12:00 WIB

Setiap Guru Memiliki Ciri Khas, Pilih yang Lebih Mantap

Ning Uli Rif’atul Millah.

Kota Banjar, NU Online
Setiap pelajar pastilah mendapat pengalaman yang berbeda. Gurunyapun juga tidak sama. Jika belajar sesuatupun pasti ada tingkatannya, dan itu mempunyai guru yang berbeda. Maka jangan sampai menyalahkan guru yang dahulu dan membenarkan guru sekarang. 

Penegasan ini disampaikan Ustadzah Uli Rif’atul Millah kepada sejumlah santri putrid yang mengikuti kajian yang diampunya.
“Jangan sampai menyalahkan guru yang telah mengajarkan kita dahulu.”ungkap Ning Uli Rif’atul Millah, Rabu (26/6). 

Hal tersebut disampaikan Ning Uli, sapaan akrabnya dalam pengajian Al-Qur’an bersama santri putri di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar, Jawa Barat. 

Kadang, lanjutnya sering terjadi perbedaan teori yang diajarkan oleh guru yang sekarang dan dahulu. “Dan kita bingung mau ikut yang mana,” kilahnya. 

Agar bisa selamat dari berbagai dilema tersebut, yang disarankan adalah mengikuti yang lebih mantap. “Silakan pilih yang lebih pas dengan kita. Tanpa menyalahkan salah satu dari dua atau lebih guru yang berbeda,” ungkapnya. 

Pengajian Al-Qur’an kali ini dimulai dengan membaca ta’awudz lalu mengkaji ayat QS An-Naba’ ayat 31. Setiap ayat dijelaskan makhraj dan hukum-hukum bacaan yang terkandung dalam ayat tersebut. 

Pada pengajian yang diikuti sejumlah santri putri disebutkan dijelaskan macam huruf, sifat dan mad serta hukum bacaannya.  
Menurutnya, setiap huruf hijaiyah mempunyai banyak sifat. “Dan setiap huruf mempunyai tempat keluarnya masing-masing,” ungkapnya. 

Selain itu, putri KH Mu’in Abdurrohim selaku Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar ini mengaku paling susah mencari huruf qaf.

“Saya dulu waktu belajar di IIQ (Institut Ilmu al-Qur’an, red), paling susah itu mencari huruf qaf. Terus saya sering mengulangnya. Mau ke pasar ke kampus saya selalu melafalkannya. Tapi gak ketemu-ketemu,”kenangnya sedikit menahan tawa. 

Tak hanya itu, ia juga memotivasi santriwati dalam belajar al-Qur’an. “Semua ada prosesnya. Apalagi belajar al-Qur’an. Jadi jangan menyerah. Kita harus tekun berlatih mengucapkan huruf hijaiyah agar tepat melafalkan sesuai dengan ketentuannya.” pungkasnya. (Siti Aisyah/Ibnu Nawawi)