Daerah

Sembilan Hikmah dan Keunikan Tradisi Pelet Betteng di Madura

NU Online  ·  Ahad, 29 April 2018 | 08:30 WIB

Sembilan Hikmah dan Keunikan Tradisi Pelet Betteng di Madura

Tradisi Pelet Betteng dari Madura

Pamekasan, NU Online
Pelet Betteng
merupakan tradisi yang sampai saat ini masih lestari di Madura. Lazimnya tradisi ini diperuntukkan bagi seorang perempuan yang hamil pertama kalinya pada usia kandungan memasuki umur 7 bulan .

Setidaknya ada sembilan keunikan dan hikmah tradisi Pelet Betteng di Madura saat calon ibu dimandikan dengan air yang sudah dicampur dengan bunga mawar merah, menggendong ayam, menggendong  telur, menggendong kelapa gedding (warna kuning) yang ditulis huruf carakan, abjad latin dan huruf hijaiyah.

"Alat tulisnya biasanya menggunakan paku sehingga hasilnya tampak jelas, gayungnya menggunakan kelapa yang sudah dikupas, gagang gayung menggunakan ranting pohon beringin yang daunnya lebat," urai pegiat tradisi Madura, Busiri, Ahad (29/4).

Lebih lanjut Busiri memaparkan poin 1 sampai 9 tradisi Pelet Betteng. Pertama, memandikan calon ibu dengan air yang sudah dicampur dengan bunga yang merupakan bagian dari sunnah nabi untuk menebar keharuman.

Kedua, menggendong ayam yang memiliki makna berdoa kepada Allah agar anak yang dikandungnya menjadi anak yang watoah ajem (semakin tua semakin cantik/tampan/baik perangainya).

Ketiga, mengendong telur yang berarti berdoa kepada Allah agar kelahiran anak yang dikandung akan mudah seperti kemudahannya ayam bertelur.

Keempat, menggendong nyeor geddhing bermakna berdoa kepada Allah agar anaknya mempunyai kulit yang kuning mulus halus seperti warna kuningya kelapa tersebut.

Kelima, tulisan carakan, arab dan latin pada kelapa bermakna berdoa kepada Allah agar anak yang ada dalam kandungan ini ketika lahir kelak menjadi anak yang cerdas dan pintar, bisa membaca, serta memahami Al-Qur'an.

Keenam, alat tulisnya menggunakan paku sehingga bekasnya tampak jelas adalah berdoa kepada Allah agar ilmu yang didapatnya terus melekat dan bisa diamalkan hingga akhir hayatnya.

Ketujuh, gayung dari kelapa tua yang sudah dikupas adalah berdoa kepada Allah agar anaknya kelak bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri dan juga bagi orang lain.

Kedelapan, gagang gayung terbuat dari ranting pohon beringin yang daunnya lebat bermakna doa kepada Allah agar anaknya kelak bisa menjadi orang yg kuat baik fisik maupun mental dan bisa memberi manfaat bagi mereka yang membutuhkan.

Yang kesembilan, dibacakan kisah Nabi Yusuf dalam bahasa Jawa dan atau khotmil Quran mulai pagi hingga siang hari.

Menurut tokoh NU asal Terak, Tlanakan, Kabupaten Pamelasan itu, sepintas terbersit dalam pikiran apa pesan yang terkandung dari ritual tersebut, lebih-lebih dari poin 1 hingga poin 8.

"Kalau poin 9 atau terakhir mungkin semua orang sudah maklum. Tapi untuk poin 1 sampai 8 banyak orang yang tidak tahu dan tak mengerti pesan yang terkandung di dalam ritual Pelet Betteng ini," jelasnya berharap semua orang memahaminya, agar tidak mudah menyalahkan tradisi yang sudah turun temurun dilakukan di Madura.

"Pesan yang terkandung di dalamnya ternyata tidak bertentangan dengan ajaran agama karena itu semua ternyata termasuk Tafa'ulan (berdoa dengan perbuatan)," tukasnya. (Hairul Anam/Muhammad Faizin)